KOMPAS.com - Sejumlah tari tradisional dari Kalimantan Selatan sudah masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).
Hal ini semakin menegaskan bahwa kesenian asal Kalimantan Selatan turut mewarnai ragam budaya di Indonesia.
Baca juga: 6 Fakta Banjarbaru, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Selatan yang Gantikan Banjarmasin
Melestarikan jenis tari tradisional dari Kalimantan Selatan adalah tanggung jawab bersama, salah satunya dengan mengenalkannya ke generasi penerus.
Baca juga: Rumah Adat Kalimantan Selatan: Nama, Sejarah, dan Makna Filosofinya
Dilansir dari laman Kemdikbud, berikut adalah ragam tari tradisional yang berasal dari Provinsi Kalimantan Selatan yang bisa dipelajari.
Baca juga: Biografi Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan
Tari Topeng adalah jenis tarian tradisional yang dipergunakan dalam upacara sakral, seperti upacara manyanggar (Sampir).
Tarian untuk upacara sakral ini bisa juga berfungsi untuk keperluan Batatamba (pengobatan) terhadap orang sakit seperti kapingitan.
Tari topeng ini diketahui sudah tumbuh dan berkembang sejak Kerajaan Negara Dipa.
Bentuk topeng Banjar terdiri dari beberapa jenis seperti Gunung Sari, Patih, Panji, Batarakala (Sangkala/Gajah Barung), Pantul, Tambam, Pamambi, Pamimdu, Kalana, Ranggajiwa, dan lain - lain.
Perhelatan tari topeng banjar masih dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur, mengharap keselamatan dari gangguan roh jahat.
Tari Sinoman Hadrah berkembang di Kabupaten Banjar khususnya daerah Martapura.
Asal nama tarian ini berasal dari kata “sinoman” yang berarti suatu perkumpulan tempat orang-orang dengan maksud dan tujuan yang sama, dan “hadrah” dari kata hadrun (Arab) yang memiliki arti hadir.
Jadilah tari Sinoman Hadrah hadrah memiliki makna penyambutan bagi kehadiran seseorang atau kelompok yang dihormati atau dimuliakan.
Properti tari yang dipergunakan dalam tari Sinoman Hadrah yaitu rebana, babun, ketipung, tamborens, bendera, dan payung besar berhias.