BINTAN, KOMPAS.com - Naiknya harga kedelai membuat produsen tahu di Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), kelimpungan.
Meski harga bahan baku utama tahu dan tempe itu naik, tetapi perajin tidak dapat menaikan harga penjualan.
Akibatnya, beberapa produsen terpaksa mengurangi jumlah produksi tahu harian.
Baca juga: Imbas Mogok Produksi, Stok Lama Tahu Tempe Dijual di Pasar
Salah satu produsen tahu bernama Misman, perajin asal Kampung Karang Rejo, Kelurahan Kawal, Kecamatan Gunung Kijang mengatakan, dirinya terpaksa mengurangi jumlah produksi tahu hingga 10 kilogram dalam sehari karena kenaikan harga bahan baku.
"Kalau sebelumnya produksi 40 kilogram sehari, untuk sekarang 30 kilogram saja," kata pria yang akrab disapa Pakde itu dijumpai di pabrik tahu miliknya, Selasa (22/2/2022).
Misman mengaku tidak dapat menaikan harga tahu yang dijualnya, meskipun harga kedelai melonjak. Ia beralasan, para produsen tahu lain juga tidak menaikan harga.
"Kita tidak bisa naikkan harga. Banyak saingan (produsen) yang baru. Tak mungkin kita jual mahal, sementara mereka jualnya murah," ungkap Misman.
Misman mengeluhkan, kenaikan harga kedelai dirasa sangat signifikan.
Diakui Misman, setiap tahun harga kacang kedelai memang mengalami kenaikan. Namun rata-rata kenaikan hanya berkisar di angka Rp 10.000.
Tapi di tahun ini, kenaikan harga cukup melonjak. Pada tahun 2021, Misman membeli kedelai di kisaran Rp 530.000 perkarung seberat 50 kilogram. Kemudian di awal tahun 2022 harga kedelai naik hingga Rp 575.000 perkarung.
Baca juga: Curhat Perajin Tahu dan Tempe: Kami Hanya Bisa Pasrah, kalau Mau Tutup, Saya Mau Usaha Apa Lagi...
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.