Guru Besar IPB, Profesor Dwi Andreas Santosa, menguatkan hal tersebut. Menurutnya, komoditas kedelai tak banyak dilirik petani lantaran biaya produksinya tinggi sementara harga jualnya rendah karena tertekan bersaing dengan produk impor.
Ia mengilustrasikan hasil kajian yang pernah dibuat pada tahun 2000-an. Saat itu harga kedelai impor Rp 1.500 per kilogram sementara biaya produksi di usaha tani sekitar Rp 2.500 per kilogram.
"Mana ada petani mau tanam berhadapan dengan frontal dengan kedelai impor. Akhirnya, lenyaplah lahan yang sebelumnya dikelola untuk kedelai," katanya.
Baca juga: Kecilkan Ukuran, Cara Klasik Perajin Tahu Tempe Kulon Progo Siasati Kenaikan Harga Kedelai
Selama ini petani lebih memilih untuk beralih komoditas lain yang lebih menguntungkan dibandingkan kedelai.
Kedelai, kata dia, sejauh ini hanya sebagai tanaman sampingan yang "tidak diseriusi" petani.
Menurutnya, sudah hampir tidak mungkin Indonesia bisa melakukan swasembada kedelai karena tingkat ketergantungan impor sudah di atas 90%, dan keterbatasan lahan pertanian.
Berdasarkan data BPS, luas panen kedelai sejak 1998 hingga 2015 menurun hampir setengahnya semula 1 juta hektar, menjadi 614.095 hektar.
Baca juga: Produsen Tahu Tempe Mogok Kerja, Wakil Wali Kota Bogor Minta Masyarakat Cari Alternatif Pangan Lain
Penyusutan lahan ini, kemungkinan karena petani beralih menanam komoditas lain.
Namun, Prof Andreas mengatakan masih ada potensi untuk menurunkan ketergantungan terhadap impor.
"Tapi menurunkan saja, tidak sampai swasembada," kata dia.
Pertama yang harus dilakukan adalah mempertahankan harga kedelai di pasaran sebesar Rp12.000.
Baca juga: Harga Kedelai Meroket, Perajin Tempe di Semarang: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
Dengan demikian petani bisa mengambil marjin keuntungan yang lebih besar jika biaya produksi sebesar Rp 6.000-7.000 per kilogram.
Kedua, pemerintah melakukan pembelian kedelai dari petani seharga Rp 11.000. Kedelai yang dibeli pemerintah, nantinya bisa dijadikan cadangan yang sewaktu-waktu bisa dilepas ke pasar saat harga kedelai global sedang meroket.
"Sehingga harga [nanti] turun sesuai harga mekanisme pasar," katanya.