Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilema Produsen Tahu di Tengah Lonjakan Harga Kedelai dan Minyak

Kompas.com - 22/02/2022, 13:33 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

MAGELANG, KOMPAS.com - Sebagian besar warga di Kampung Trunan, Kota Magelang, Jawa Tengah, merupakan produsen tahu dan tempe. Belakangan ini mereka resah karena harga bahan baku kedelai melonjak.

Kondisi diperparah dengan kelangkaan minyak goreng yang terjadi di pasaran sejak sebulan ini. Belum lagi pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Mereka harus memutar otak agar produksi tahu dan tempe tetap berjalan tanpa mengalami kerugian dan kehilangan pelanggan.

Baca juga: Dapat Surat Edaran Palsu Mogok Massal Batal, Pedagang Tahu Tempe di Pasar Tasikmalaya Tetap Jualan

Salah satu produsen tahu di Kampung Trunan adalah Hana (45). Dia mengambil langkah dengan memproduksi tahu dua hari sekali, dari biasanya setiap hari.

"Sebenarnya kami dilema, karena harga bahan baku sangat mahal, tapi di sisi lain kalau berhenti berproduksi kita dikomplain pelanggan dan akhirnya dapat merugi juga," ujar Hana di rumah produksinya, Senin (21/2/2022).

Hana mengaku dengan berat hati menaikkan harga jual tahu mentah, dari biasa Rp 25.000 per kilogram menjadi sekitar Rp 26.500 per kilogram. Sedangkan harga tahu matang, dari sebelumnya Rp 75.000 per bal berisi 2 kilogram, menjadi sekitar Rp 76.500.

"Kami naikkan sedikit harganya dari biasanya. Sehari memproduksi hanya 1 kuintal dan dikirim ke pelanggan," kata Hana.

Hana tidak memungkiri kenaikan harga jual ini berdampak pada berkurangnya pembelian pelanggan, bahkan kini tersisa 1 pelanggan dari Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.

Kondisi tersebutmembuat Hana, serta produsen lain, tidak berani untuk memproduksi banyak tahu untuk persediaan atau stok tahu menjelang bulan Ramadhan tahun ini.

Baca juga: Cerita Penjual Gorengan Siasati Harga Bahan Baku Tahu Tempe yang Mengalami Kenaikan

"Risikonya kalau nyetok barang malah nanti saya rugi banyak, apalagi kalau tiba-tiba harga anjlok," ucap Hana.

Dia sangat berharap, harga kedelai dan minyak goreng kembali normal supaya kami pengrajin tahu dan tempe bisa berjalan seperti semula.

Jika kondisi ini tidak segera berakhir, dia khawatir produksi akan benar-benar berhenti karena biaya produksi tidak sebanding dengan hasil penjualan.

Senada disampaikan produsen lain, Tekno (51). Dia juga mengaku bingung dengan keadaan akhir-akhirnya dimana harga kedelai melambung tinggi.

Baca juga: Perajin Tahu di Tasikmalaya: Ini Terakhir Produksi, Besok Ikut Aksi Mogok Massal

"Meski naik, kami tetap memproduksi tempe setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, walau harga tempe yang di produksi kami juga ikut naik harganya," ungkapnya.

Ia mengaku, setiap hari bisa menghabiskan 1,7 kuintal kedelai impor. Produknya ia jual ke pedagang sayuran. Untuk harga 1 kotak tempe di jual Rp 7000 atau naik Rp 1.000 per kotak.

"Kami harap agar pemerintah mengambil langkah supaya harga kedelai kembali normal," ucap Tekno.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com