YDP mengatakan baru sekitar satu bulan berjualan minyak goreng sejak awal Januari 2022 kemarin.
"Biasanya memang setiap deket bulan puasa sama lebaran saya jualan sembako," kata YDP.
Warganet lainnya, DWY mengaku memiliki stok 100 kardus.
Meski tidak menyebut harga, DWY mengatakan harga jual lebih tinggi dibanding harga subsidi pemerintah.
"Harganya sudah tinggi dari sananya (agen), kalau mau murah di minimarket. Saya cuma ambil untung sedikit," kata DWY.
Seperti YDP yang berjualan sembako menjelang puasa, DWY juga mengaku tidak membuka toko grosir ataupun toko sembako.
"Cuma jualan pas mau (bulan) puasa aja," kata DWY.
Selain ketimpangan ketersediaan di pasaran dan media sosial, diduga juga banyak warga yang menjadi pedagang dadakan.
Zulfiandi (38) warga Kelurahan Sukajawa, Kecamatan Tanjung Karang Barat menduga banyak pedagang dadakan setelah minyak goreng dianggap langka di pasaran.
Hal ini dilihatnya sendiri saat hendak membeli minyak goreng kebutuhan pribadi di salah satu toko grosir di wilayah Pasar Tamin pada Kamis (17/2/2022) kemarin.
Ketika itu, toko tersebut baru masuk stok minyak goreng sekitar 500 dus.
"Nggak nyampe 1 jam sudah habis terjual, kebanyakan yang beli di atas lima dus," kata Zulfiandi saat dihubungi, Sabtu siang.
Dari informasi karyawan toko, kebanyakan warga yang membeli berdus-dus minyak goreng itu bukan pelanggan tetap toko.
"Katanya sih kebanyakan orang baru, bukan pelanggan," kata Zulfiandi.
Tak hanya itu, Fitri Andriyani (27) warga Kelurahan Beringin Jaya, Kecamatan Kemiling membenarkan banyak pedagang dadakan saat ini.
Bahkan, ada tiga tetangga satu blok perumahannya yang kini berjualan minyak goreng.
"Dijual di grup WhatsApp perumahan, harganya yang kemasan 1 liter dijual Rp21.000," kata Fitri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.