Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Datu Museng dan Maipa Deapati, Kisah Cinta Abadi dari Tanah Makassar

Kompas.com - 18/02/2022, 06:00 WIB
Dini Daniswari

Editor

KOMPAS.com - Kisah Percintaan Datu Museng, bangsawan Kerajaan Gowa, dan Maipa Deapati, putri bangsawan Kerajaan Sumbawa, merupakan cerita rakyat yang populer di masyarakat Makassar.

Cerita dituturkan oleh orang tua kepada anak hingga cucu agar dapat memetik hikmah dan perjuangannya.

Karena hebatnya, nama dua tokoh tersebut disematkan menjadi nama jalan di Kota Makassar.

Nama jalan sengaja dibuat berdampingan seakan-akan pengelola wiayah turut mendukung hubungan cinta abadi keduanya.

Jalan Maipa berada di sisi kanan Hotel Imperial Aryaduta Makassar. Sedangkan, Datu Museng berada di sisi jalan yang lain.

Di ujung barat Jalan Datu Museng, terdapat situs makam dua nisan kayu yang bersanding kukuh. Konon, makam tersebut merupakan makam pasangan ini.

Kisah Cinta Datu Museng dan Maipa Deapati

Kisah cinta ini berawal dari saat Addengareng, kakek Datu Museng, yang melarikan diri bersama cucunya, Datu Museng. Mereka menyeberangi lautan luas menuju Sumbawa.

Pelarian ini terjadi akibat politik adu domba yang dilancarkan penjajah Belanda di Tanah Gowa, hingga membuat bumi Gowa bergejolak dan tidak aman sebagai tempat tinggal.

Baca juga: Sejarah Kesultanan Samawa di Sumbawa: Lokasi, Raja, dan Peninggalan Bukti Keberadaan

Waktu terus berjalan, Datu Museng tumbuh dewasa di Pulau Sumbawa. Suatu saat, ia bertemu dengan Maipa Deapati di sebuah rumah pengajian bernama Bale Mampewa.

Tanpa disadari, tumbuh rasa cinta di hati Datu Museng sejak pertama kali melihat Maipa Deapati yang anggun memesona.

Namun, cinta Datu Museng kepada Maipa Deapati merupakan cinta terlarang, karena Maipa Deapati telah ditunangkan dengan pangeran dari Selaparang Lombok bernama Pangeran Mangalasa.

Kakek Datu Museng mengetahui bahwa cucunya mencintai Maipa Deapati. Namun, alangkah terkejutnya Kakek Datu Museng setelah mengetahui bahwa Maipa Deapati merupakan putri bangsawan. Ia merasa Datu Museng tidak pantas mempersunting putri tersebut.

Di sisi lain, Datu Museng menyadari bahwa cintanya terhadap Maipa Deapati terhalang tembok kokoh.

Atas saran kakeknya, Datu Museng berangkat ke tanah suci Mekkah untuk berguru. Di tanah suci, Datu Museng mendapatkan ilmu Bunga Ejana Madina.

Namun kepergian Datu Museng ke tanah suci bukan membuat dua orang yang saling jatuh cinta ini terpisah. Yang terjadi malah sebaliknya, perpisahan tersebut membuat ikatan hati di antara keduanya semakin kuat.

Baca juga: Sejarah Istana Dalam Loka Peninggalan Kesultanan Sumbawa: Lokasi, Keunikan, Jumlah Tiang, Fungsi dan Filosofi

Selepas mendapatkan ilmu dari tanah rantau, Datu Museng kembali ke Sumbawa dengan penuh rindu pada Maipa Deapati.

Sesampai di Sumbawa, ternyata kekasih yang dirindukan dalam keadan sakit. Datu Museng mengobati kekasihnya dengan ilmu yang didapatkan dari Mekkah.

Di sisi lain, Pangeran Mangalasa merasa cemburu dan sakit hati mengetahui bahwa tunangannya mencintai Datu Museng.

Untuk menyingkirkan Datu Museng, Pangeran Mangalasa bersekutu dengan Belanda.

Sementara, Datu Museng mendapatkan restu dari sultan Sumbawa untuk menikahi Maipa Deapati.

Akhirnya, dua insan yang tengah jatuh cinta itu dinikahkan. Datu Museng mendapatkan pangkat sebagai panglima perang.

Belum lama setelah menikah, ada kabar bahwa di Makassar tengah bergejolak yang disebabkan oleh Pemerintah Belanda yang berkuasa di Makassar.

Sebagai panglima perang, Datu Museng dikirim ke Makasaar oleh sultan Sumbawa atas permintaan raja Goa untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Baca juga: Perlawanan Gowa-Tallo (Makassar) terhadap VOC

Datu Museng berangkat bersama istrinya, Maipa Deapati, ke tanah Makassar.

Sesampainya di Makassar, Datu Museng kembali mendapat tantangan, yaitu kapten Belanda mencintai Maipa Deapati.

Untuk mendapatkan Maipa Deapati, kapten tersebut melancarkan berbagai teror dan serangan kepada Datu Museng. Akibatnya. Datu Museng terdesak.

Namun, bagi Maipa Deapati cintanya ke Datu Msueng adalah harga mati.

Lantas, Maipa meminta Datu Museng untuk membunuhnya, sebab cinta yang dimiliki hanya untuk Datu Museng. Ia merasa lebih baik mati daripada harus menyerahkan diri kepada Belanda.

Dengan sangat berat hati, Datu Museng lantas mengabulkan permintaan sang istri. Lalu, ia menikam badik pusakanya ke leher istri tercinta.

Karena rasa cintanya kepada istrinya terlalu dalam, Datu Museng lantas melepas semua ilmu-ilmu yang dimilikinya, ia membiarkan diri dibunuh oleh penjajah Belanda.

Kisah ini terus dikenang oleh Masyarakat Makassar hingga kini.

Sumber: www.sumbawakab.go.id

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dendam Kesumat Istri Dilecehkan, Kakak Beradik Bacok Warga Demak hingga Tewas

Dendam Kesumat Istri Dilecehkan, Kakak Beradik Bacok Warga Demak hingga Tewas

Regional
Digigit Buaya 2,5 Meter, Pria di Pasaman Barat Luka Parah di Kaki

Digigit Buaya 2,5 Meter, Pria di Pasaman Barat Luka Parah di Kaki

Regional
Raih Satyalancana dari Jokowi, Bupati Jekek Ajak Semua Pihak Terus Bangun Wonogiri

Raih Satyalancana dari Jokowi, Bupati Jekek Ajak Semua Pihak Terus Bangun Wonogiri

Regional
TKN Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Tanggapan Gibran

TKN Tantang PDI-P Tarik Semua Menteri Usai Sebut Jokowi Bukan Kader Lagi, Ini Tanggapan Gibran

Regional
Penumpang yang Tusuk Driver 'Maxim' di Jalan Magelang-Yogyakarta Terinspirasi Film 'Rambo'

Penumpang yang Tusuk Driver "Maxim" di Jalan Magelang-Yogyakarta Terinspirasi Film "Rambo"

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Ayah Gembong Narkoba Fredy Pratama Divonis 1,8 Tahun Penjara, Seluruh Hartanya Dirampas Negara

Regional
Berangkat dari Jakarta, 'Driver' Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Berangkat dari Jakarta, "Driver" Maxim Dibunuh Penumpangnya di Jalan Magelang-Yogyakarta

Regional
Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Penumpang KMP Reinna Jatuh ke Laut, Saksi Sebut Posisi Korban Terakhir di Buritan

Regional
Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Kecelakaan Maut Bus Eka Vs Truk di Tol Solo-Kertosono, Satu Penumpang Tewas

Regional
Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Anak yang Dijual Ibu Kandung Rp 100.000, Korban Pemerkosaan Kakaknya

Regional
Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Kronologi Ibu di LampungTewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Ungkap Kondisinya

Regional
KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

KM Bukit Raya Terbakar Saat Masuk Muara Jungkat Kalbar, Pelni: Sudah Mulai Padam

Regional
Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Dibutuhkan 48 Tenaga Panwaslu di Bawaslu Kota Semarang, Ini Syaratnya

Regional
Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Pilkada Sumsel, Holda Jadi Perempuan Pertama yang Ambil Formulir di Demokrat

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com