Pada 1490, Ibnu Majid membuat peta daerah sekitar Samudera Hindia. Dalam peta tersebut ada pulau yang tertulis Samatrah.
Baca juga: Daftar Lengkap 9 Ruas Tol Baru yang Tengah Dibangun di Pulau Sumatera
Saat peta disalin, "Samatrah" muncul dalam istilah yang berbeda. Hal ini terjadi, ketika Roteiro 1498 menyalin peta Ibnu Majid pada 1498 yang memunculkan nama "Camatarra".
Kemudian, peta buatan Amerigo Vespucci pada 1501 mencantumkan nama Samatara.
Alhasil, beberapa musafir menulis dalam istilah yang berbeda, mulai dari Samoterra, Samotra, Sumotra, sampai Zamatra, maupuan Zamatora.
Kemudian pada catatan orang Belanda dan Inggris, sejak Jan Huygen van Linschoten dan Sir Francis Drake pada abad ke-16, mulai konsisten dalam penulisan Sumatera. Disesuaikan dengan lidah Indonesia, bentuk inilah yang mulai baku.
Beberapa kali gempa terjadi di Pulau Sumatera. Hal ini terjadi bukan tanpa sebab, pasalnya posisi Sumatera berada pada pertemuan dua lempeng bumi, yakni lempeng Indo-Autralia yang terus aktif menunjam ke bawah lempeng Eurasia.
Baca juga: 5 Fauna Pulau Sumatera
Posisi lempeng ini membuat lempeng Eurasia terus bergeser dan menimbulkan patahan yang memanjang dari ujung utara hingga ujung selatan.
Sumber : file.upi.edu, bobo.grid.id, nationalgeographic.grid.id, abulyatama.ac.id, lipi.go.id, dan www.tribunnews.com
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.