Ahmad Yani yang masih berpangkat Kolonel diangkat menjadi Komandan Komando Operasi 17 Agustus untuk memimpin penumpasan pemberontakan PRRI dan berhasil.
Pada 1962, ia diangkat menjadi Menteri/Panglima Angkatan Darat
Jenderal Ahmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh tani yang dipersenjatai.
Oleh karena itu, ia menjadi salah satu target PKI yang diculik dan dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui pemberontakan G30S/PKI.
Ahmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada tanggal 1 Oktober 1965. Jenazahnya ditemukan di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Oerip Soemohardjo lahir dengan nama kecil Mohammad Sidik. Ia lahir pada tanggal 22 Februari 1893 di Sindurijen, Purworejo, Jawa Tengah.
Sejak kanak-kanak Oerip dikenal sebagai anak yang nakal dan memiliki keberanian tinggi.
Jiwa kepemimpinan dalam diri Oerip Soemohardjo telah mulai terbentuk sejak kanak-kanak.
Sejak sekolah dasar, Oerip pernah berpindah-pindah sekolah. Ia pernah dipindahkan ke Sekolah Dasar Eropa (ELM) untuk anak perempuan dengan harapan kenakalannya berkurang.
Lalu, ia pindah ke sekolah anak laki-laki yang mayoritas berisi anak-anak dari tangsi KNIL.
Baca juga: Akibat Hujan Deras, Jalan Jenderal Ahmad Yani Terendam Banjjr
Kemudian, ia melanjutkan ke Sekolah Pamong Praja untuk Bumiputera (OSVIA) di Magelang. Namun di sekolah itu, ia melihat tindakan diskriminasi terhadap kaum Bumiputra oleh guru-guru yang berasal dari Belanda. Oerip memutuskan untuk kabur.
Lalu, Oerip pindah ke Sekolah Militer Meester Cornelis, meskipun keputusannya ditentang ayahnya.
Pada Oktober 1914, Oerip lulus Sekolah Militer, ia menyandang letnan dua dan dilantik sebagai opsir KNIL.
Oerip ditempatkan di tiga pulau yang berbeda-beda dengan dipromosikan beberapa kali. Akhirnya, ia menjadi perwira pribumi dengan pangkal tertinggi KNIL.
Oerip mengundurkan diri dari jabatannya sekitar 1938, karena ia berselisih paham dengan Bupati Purworejo, tempat ia ditempatkan. Ia dan istri kemudian pindah ke desa di dekat Yogyakarta.
Pada tanggal 14 Oktober 1945, beberapa bulan setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, Oerip ditetapkan sebagai kepala staf pemimpin sementara angkatan perang yang dibentuk. Oerip berusaha menyatukan kelompok-kelompok militer yang terpecah-pecah.
Baca juga: HUT Kota Bekasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Ini Rekayasa Lalu Lintasnya
Dalam rapat penentuan pemimpin TKR, yang melakukan pemungutan suara sebanyak tiga kali. Soedirman ditetapkan sebagai Panglima Besar TKR dan Oerip Soemohardjo ditetapkan sebagai Kepala Staf TKR.
Mereka berdua sama-sama mengawasi pembangunan angkatan perang pada masa Revolusi Nasional Indonesia.
Pada 1948, Oerip mundur dari militer karena muak atas kurang kepercayaan pemerintah terhadap militer.
Karena mengidap lemah jantung, kondisi kesehatannya memburuk. Oerip wafat karena serangan jantung. Saat kematiannya,
Ia berpangkat letnan jenderal. Ia dipromosikan secara anumerta menjadi jenderal penuh.
Sarwo Edhie Wibowo lahir pada tanggal 25 Juli 1925 di Purworejo.
Sarwo Edhie Wibowo juga dikenal sebagai ayah dari Kristiani Herrawati atau Ani Yudhoyono, yang merupakan ibu negara Republik Indonesia sekaligus istri Presiden Republik Indonesia ke enam, Susilo Bambang Yudhoyono.