KOMPAS.com - Batu andesit menjadi perbincangan seiring dengan menguaknya pro kontra penambangan andesit di Desa Wadas, Purworejo.
Batuandesit ini merupakan jenis batuan beku yang terbentuk di dekat permukaan bumi.
Di masa lalu, Batuandesit banyak digunakan untuk pembangunan megalitik, candi, hingga piramida.
Selain itu, batuan ini juga menjadi bahan untuk perkakas zaman prasejarah, seperti sarkofagus, punden berundak, lumpang batu, hingga arca.
Di zaman modern, fungsi batu andesit juga masih digunakan untuk beragam proyek pembangunan.
Baca juga: Apa Itu Batu Andesit, yang Jadi Konflik Warga di Desa Wadas?
Batu andesit adalah jenis batuan beku vulkanik, dengan tekstur afanitik hingga fortiritik.
Mudahnya, batuan ini merupakan jenis peralihan antara basal dan dasit, dengan rentang silikon dioksida antara 57-63 persen.
Dalam pengertian lain, batu andesit adalah batuan beku yang mineralnya berbutir kasar hingga sedang, dengan warna agak gelap.
Adapun nama batu andesit sendiri diambil dari nama Pegunungan Andes yang ada di Amerika Serikat.
Batu andesit umumnya ditemukan di daerah pegunungan berapi, tepatnya di atas batas lempeng konvergen antara lempeng benua dan samudera.
Baca juga: Tiga Mahasiswa UNS Solo Inovasi Beton dari Limbah Kertas dan Batu Andesit
Dari proses tersebut, batu andesit memiliki ciri khas dari segi tekstur, jenis, hingga kandungan mineralnya.
Berikut ciri-ciri batu andesit:
Disebutkan sebelumnya, batu andesit banyak ditemukan di dekat gunung berapi.
Wilayah Indonesia yang memiliki banyak sekali gunung berapi menjadikan negeri ini punya banyak daerah penghasil batu andesit.
Daerah-daerah penghasil batu andesit di Indonesia antara lain:
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.