Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terjerat Ban sejak 2016, Buaya di Palu Akhirnya Bebas, Ahli: Jangan Buang Sampah Sembarangan

Kompas.com - 09/02/2022, 07:00 WIB
Michael Hangga Wismabrata

Penulis

KOMPAS.com - Seekor buaya yang terjerat ban di lehernya bertahun-tahun di Kota Palu, Sulawesi Selatan, berhasil diselamatkan oleh seorang warga Sragen, Jawa Tengah, bernama Tili, Senin (7/2/2022).

Buaya besar itu diselamatkan Tili di sungai bawah jembatan Palu II, Kelurahan Tatura Selatan.

"Saya memang tidak suka ada binatang terikat-ikat saya tidak suka dari dulu, biar ular saya kasih lepas," katanya.

Baca juga: Ketulusan Tili, Penyelamat Buaya Berkalung Ban di Palu: Saya Kasihan, Sudah Terjebak Bertahun-tahun

"Ini kemauan saya sendiri, karena saya merasa kasihan dan saya mau buktikan bisa menyelamatkan Buaya ini," tambahnya, dilansir dari Tribunnews.com.

Mendapat apresiasi warga dan BKSDA

Penakluk buaya terjerat ban bekas sepeda motor, Tili menunjukkan ban yang berhasil dilepaskan dari leher buaya di Sungai Palu, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (7/2/2022). Buaya liar yang terjerat ban bekas sepeda motor sejak tahun 2016 tersebut akhirnya berhasil dibebaskan dan dilepaskan kembali ke habitatnya. ANTARA FOTO/MOHAMAD HAMZAH/RWA Penakluk buaya terjerat ban bekas sepeda motor, Tili menunjukkan ban yang berhasil dilepaskan dari leher buaya di Sungai Palu, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (7/2/2022). Buaya liar yang terjerat ban bekas sepeda motor sejak tahun 2016 tersebut akhirnya berhasil dibebaskan dan dilepaskan kembali ke habitatnya.

Aksi Tili pun mendapat apresiasi dari warga dan juga Kepala Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah, Hasmuni Hasmar.

Baca juga: Situasi Terkini Desa Wadas, Satu Warga Diamankan, Ribuan Polisi Kawal Pengukuran BPN

Hasmuni menjelaskan, usaha membebaskan buaya itu sudah dilakukan sejak 2016. Sejumlah ahli reptil dari dalam dan luar negeri juga sempat datang, namun gagal.

"Alhamdulilah sejak tahun 2016 kita berusaha melepaskan ban yang menjadi kalung pada buaya di Palu itu."

"Kemarin sudah berakhir, artinya penyakit yang selama ini berada di BKSDA Sulteng yang merupakan bisul karena semua menuntut untuk diselamatkan itu buaya dan hari ini sudah sembuh atau sudah sehat," katanya, Selasa, dilansir TribunnPalu.com.

Baca juga: Akhir Penantian Tili Berhasil Tangkap Buaya Berkalung Ban, Butuh 3 Pekan hingga Habiskan Rp 4 Juta untuk Umpan

 

Diingatkan ahli soal sampah

Dr. Amir Hamidy, M.Sc., pakar herpetologi bidang zoologi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) berpendapat ada poin penting dari penyelamatan Tili, yaitu soal bahaya sampah.

Kasus buaya terjerat ban itu menjadi bukti berbahayanya sampah bagi lingkungan.

"Ini nyata. Sampah di air akan mengancam lingkungan dan satwa di dalamnya. Ini yang harus menjadi perhatian semua pihak," katanya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (8/2/2022).

Menurutnya, pemerintah daerah dan masyarakat bisa mengambil pelajaran dari kasus buaya terjerat ban itu.

"Intinya adalah, kita dan semua pihak harus sadar untuk tidak buang sampah sembarangan, agar kasus buaya terjerat ban tidak terulang," katanya.

Sementara itu, Amir menjelaskan, setelah ban berhasil dilepaskan, dirinya meyakini kondisi buaya akan semakin lebih baik.

Apalagi, kemampuan buaya secara alami untuk bertahan hidup sangat kuat. Namun, ada baiknya secara berkala ada pengamatan tentang kondisi buaya tersebut.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Usai Taklukkan Buaya Berkalung Ban, Tili Dapat Voucher Makan Gratis, BKSDA Sulteng Beri Apresiasi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

Besaran UMP dan UMK 2024 di Provinsi Jawa Tengah

Besaran UMP dan UMK 2024 di Provinsi Jawa Tengah

Regional
Besaran UMP dan UMK 2024 di Provinsi Banten

Besaran UMP dan UMK 2024 di Provinsi Banten

Regional
Presiden Jokowi Cek Stok Beras dan Main Bola di Labuan Bajo

Presiden Jokowi Cek Stok Beras dan Main Bola di Labuan Bajo

Regional
Kronologi Anggota TNI Tewas Dianiaya 2 Senior di Semarang, Pukulan Hantam Leher dan Dada Korban

Kronologi Anggota TNI Tewas Dianiaya 2 Senior di Semarang, Pukulan Hantam Leher dan Dada Korban

Regional
Ketika Ganjar Pranowo Borong Pisang Rebus di CFD Kota Mataram

Ketika Ganjar Pranowo Borong Pisang Rebus di CFD Kota Mataram

Regional
Transmisi Listrik di Bangka Tersambar Petir, Picu Pemadaman Massal

Transmisi Listrik di Bangka Tersambar Petir, Picu Pemadaman Massal

Regional
Erupsi Gunung Marapi di Sumbar Picu Hujan Abu dan Kerikil, 70 Pendaki Dievakuasi

Erupsi Gunung Marapi di Sumbar Picu Hujan Abu dan Kerikil, 70 Pendaki Dievakuasi

Regional
Pengantin Pria di Palembang Minta Ganti Rugi Saat Tahu Calon Istrinya Menghilang Sepekan Sebelum Akad

Pengantin Pria di Palembang Minta Ganti Rugi Saat Tahu Calon Istrinya Menghilang Sepekan Sebelum Akad

Regional
Kisah Ika, Disabilitas di Sumbawa Peraih Gelar S1 yang Ingin Jadi Guru Bahasa Isyarat

Kisah Ika, Disabilitas di Sumbawa Peraih Gelar S1 yang Ingin Jadi Guru Bahasa Isyarat

Regional
Ganjar Pranowo: Masyarakat Butuh Latihan untuk Bisa Mencoblos

Ganjar Pranowo: Masyarakat Butuh Latihan untuk Bisa Mencoblos

Regional
TGB Optimistis Ganjar Menang di NTB yang Jadi Lumbung Suara Prabowo pada Pemilu 2019

TGB Optimistis Ganjar Menang di NTB yang Jadi Lumbung Suara Prabowo pada Pemilu 2019

Regional
Muhaimin Iskandar Optimistis dengan Dukungan dari Kiai-kiai Jatim

Muhaimin Iskandar Optimistis dengan Dukungan dari Kiai-kiai Jatim

Regional
Di Boyolali, Puan Sebut Hidup di Indonesia Tak Berwarna Tanpa Seniman

Di Boyolali, Puan Sebut Hidup di Indonesia Tak Berwarna Tanpa Seniman

Regional
Saat Erupsi, 70 Pendaki Berada di Gunung Marapi

Saat Erupsi, 70 Pendaki Berada di Gunung Marapi

Regional
Gunung Marapi di Sumbar Meletus, Hujan Abu dan Kerikil Landa Warga Agam

Gunung Marapi di Sumbar Meletus, Hujan Abu dan Kerikil Landa Warga Agam

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com