SUMBAWA BESAR, KOMPAS.com- Seorang anak disabilitas, N (15) terpaksa putus sekolah dari Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kecamatan Alas, Kabupaten Sumbawa, NTB.
Keputusan itu diambil karena orangtuanya tidak sanggup lagi membayar transportasi pulang pergi ke sekolah.
N putus sekolah, tepatnya saat pertengahan tahun 2020. Ketika itu pandemi Covid-19 memukul perekonomian keluarganya. Padahal untuk menuju sekolah N, memerlukan biaya.
"Dalam sehari sebesar Rp 40.000 ongkosnya. Karena jarak kampung dengan sekolah anak saya cukup jauh," kata ibu sambung N, Tuti Sumiati (40), Selasa (9/2/2022).
Baca juga: Saat Ratusan Sopir Taksi hingga Pemuda Blokade Jalan di Sirkuit Mandalika...
N tinggal bersama ayah dan ibunya di Desa Lekong, Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa, NTB.
Sekilas, N terlihat seperti anak normal pada umumnya. Padahal, ia mengalami disabilitas wicara dan mental.
Kondisi sang anak itu mulai terjadi saat N digigit monyet sewaktu kecil.
"N pernah digigit monyet. Bekas lukanya ada di kepala, muka dan lehernya. Trauma berat membuat N seperti sekarang ini," lanjut Tuti.
Tuti sendiri merupakan ibu sambung dari N. Namun, dia menyayangi N seperti darah dagingnya sendiri.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 8 Februari 2022
Dari kecil saat umur 1-2 tahun sambungnya, N masih normal.
Sembari meneteskan air mata, Tuti menceritakan perjuangannya dan suami agar sang anak bisa sekolah.
"Suami saya buruh lepas. Jadi, penghasilannya tidak bisa didapatkan tiap hari. Kami tidak pernah pilih pekerjaan apapun itu, bahkan suami saya rela tidak tidur kalau sudah di ladang atau kebun orang, bahkan mencari kayu di hutan demi mencari nafkah" tuturnya.