Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antraks Merebak, Klaten Perketat Distribusi dan Penyaluran Hewan Ternak dari Gunungkidul

Kompas.com - 08/02/2022, 16:29 WIB
Labib Zamani,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KLATEN, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten, Jawa Tengah memperketat distribusi dan penyaluran hewan ternak dari wilayah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Hal tersebut menyusul merebaknya kasus antraks di wilayah tersebut yang membuat belasan ternak mati.

"Kita sudah komunikasi dengan petugas kita untuk selalu mengantisipasi dan proaktif sama pedagang-pedagang sehingga nanti untuk cek apakah ini dari sapi yang sehat harus ada keterengan sehat," kata Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Klaten, Triyanto di Klaten, Jawa Tengah, Selasa (8/2/2022).

Baca juga: Antraks Merebak di Gunungkidul, 2.378 Ekor Sapi di Klaten Divaksin

Pihaknya juga sudah melakukan komunikasi dengan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul terkait distribusi hewan ternak.

Bahkan, kata Triyanto, Pemkab Gunungkidul sudah mengantisipasi dengan tidak mengeluarkan surat keterangan sehat untuk dikeluarkan ke wilayah Klaten.

"Kita sebelum ada antraks sudah cek-cek ke pasar tradisional. Jadi dalam distribusi ini baik pasar hewan, pasar tradisional kita antisipasi," ungkap Triyanto.

Distribusi lalu lintas hewan ternak di wilayah perbatasan juga akan diantisipasi.

Menurut Triyanto pendirian pos akan dilakukan di desa perbatasan, misalnya di Cawas untuk mengantisipasi distribusi hewan ternak dari wilayah yang ditemukan kasus antraks.

"Kita sudah saling komunikasi terutama sama desa yang perbatasan, sama camat, sama PPL yang ada di Klaten untuk memberikan rasa aman kepada peternak yang ada," terang dia.

Baca juga: Ternak Mati karena Antraks Bertambah, Pemkab Gunungkidul Minta Masyarakat Tak Khawatir

Triyanto menyampaikan temuan kasus antraks di wilayah Gunungkidul belum berdampak terhadap permintaan sapi di Klaten.

"Mudah-mudahan tidak ada. Dulu 2001 dari Wonogiri terus kita antisipasi, Alhamdulillah aman," kata Triyanto.

Seperti diketahui, antraks adalah penyakit menular serius yang disebabkan oleh mikroba Bacillus anthracis. Mikroba ini terdapat di tanah.

Baca juga: Warga Gunungkidul Bergejala Mirip Antraks Bertambah Jadi 26 Orang

Bacillus anthracis merupakan bakteri berbentuk batang, ujung-ujungnya persegi dengan sudut-sudut yang nampak jelas, tersusun dua-dua atau berderet, sehingga tampak seperti ruas-ruas bambu atau susunan batu bata, membentuk spora, bersifat gram positif, dengan ukuran 1-2 µ m x 5-10 µ m, dan non-motil.

Bacillus anthracis merupakan bakteri yang pertama kali dapat dilihat dan dibuktikan sebagai penyebab penyakit antraks.

"Langkah awal itu kalau ada hewan ternak yang mati jangan makan dagingnya. Dicek dulu. Memang penularannya lewat sentuhan langsung tapi antar manusia tidak menular. Tapi antar hewannya. Mungkin makan dagingnya bisa terkena antraks. Maka kita antisipasi," terang dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BEM FH Undip Serahkan 'Amicus Curiae' ke MK, Berisi soal Permasalahan Pilpres

BEM FH Undip Serahkan "Amicus Curiae" ke MK, Berisi soal Permasalahan Pilpres

Regional
Labuan Bajo Tuan Rumah Dialog Tingkat Tinggi Indonesia-China, Polda NTT Siapkan Ratusan Personel

Labuan Bajo Tuan Rumah Dialog Tingkat Tinggi Indonesia-China, Polda NTT Siapkan Ratusan Personel

Regional
Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Gratifikasi Parsel Lebaran Pejabat Pemkot Salatiga Diberikan ke Tenaga Kebersihan

Regional
Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Sakit Hati Menantu terhadap Ibu Mertua yang Berujung Maut

Regional
Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Kapal Tanpa Nama dari Bima Sudah Dua Hari Hilang Kontak di Perairan Gili Motang Labuan Bajo

Regional
Polisi di Pelalawan Setir Mobil Sambil Mabuk, Tabrak Pagar Kantor

Polisi di Pelalawan Setir Mobil Sambil Mabuk, Tabrak Pagar Kantor

Regional
Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Harga Bawang Merah Tembus Rp 70.000 Per Kg, Ibu-ibu di Semarang Pusing

Regional
Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Pemasangan Talud Pelabuhan Nelayan di Bangka Terkendala Kewenangan

Regional
Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Dampak Banjir Bandang di Lombok Utara, 13 Rumah Warga dan Jembatan Rusak

Regional
Cepatnya Peningkatan Status Gunung Ruang, Potensi Tsunami Jadi Faktor

Cepatnya Peningkatan Status Gunung Ruang, Potensi Tsunami Jadi Faktor

Regional
'Tradisi' Warga Brebes Usai Idul Fitri, Gadaikan Perhiasan Emas Setelah Dipakai Saat Lebaran

"Tradisi" Warga Brebes Usai Idul Fitri, Gadaikan Perhiasan Emas Setelah Dipakai Saat Lebaran

Regional
Banjir Bandang di Musi Rawas Utara, 2 Korban Tewas, 1 Hilang

Banjir Bandang di Musi Rawas Utara, 2 Korban Tewas, 1 Hilang

Regional
Penduduk Pulau Tagulandang Dihantui Hujan Batu Pasir Gunung Ruang

Penduduk Pulau Tagulandang Dihantui Hujan Batu Pasir Gunung Ruang

Regional
Soal Dugaan Kekerasan Seksual di Kampusnya, BEM Undip: Banyak Korban Takut Bersuara

Soal Dugaan Kekerasan Seksual di Kampusnya, BEM Undip: Banyak Korban Takut Bersuara

Regional
Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara akibat Dampak Erupsi Gunung Ruang

Bandara Sam Ratulangi Manado Ditutup Sementara akibat Dampak Erupsi Gunung Ruang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com