Penulis Portugis itu, Diogo de Couto, menyebut Ratu Kalinyamat sebagai “Rainha de Japora, Senhora Poderosa e rica” (Ratu Jepara, perempuan kaya dan sangat berkuasa)
Untuk mengetahui sejarah Ratu cantik yang perkasa ini saya buka beberapa buku sejarah terkenal saat ini.
Yakni, “Sejarah Indonesia Modern 1200 - 2004” tulisan MC Ricklefs (almarhum), profesor kehormatan di Monash University, Australia. Saya baca buku cetakan kedua tahun 2005.
Juga saya baca buku tulisan sejarahwan Belanda dari Universitas Leiden, Bernard HM Vlekke, berjudul “Nusantara - Sejarah Indonesia” yang ditulis tahun 1943 dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan dicetak pertama kali oleh PT Gramedia tahun 2008.
Buku lain yang saya baca adalah “Panggil Aku Kartini saja” tulisan Pramoedya Ananta Toer terbitan 1997.
Di bawah subjudul “Jeparanya Kartini”, Pramudya yang enam kali menjadi calon penerima Hadiah Nobel, mengatakan, “Ratu Kalinyamat, ‘Wanita Gagah’, sebagaimana diakui dalam kronik-kronik Portugis, dimakamkan di daerah ini, Mantingan (Jepara), dengan makam terhias hasil seni Islam.
Kemasyuran Jepara terutama sekali disebabkan oleh kepahlawanan Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang pada tahun 1511 menguasai tempat ini.
Setahun kemudian, dari pelabuhan ini ia berangkat dengan armada laut 100 buah kapal berisi 12.000 prajurit berusaha mengusir Portugis dari semenanjung Malaka.....Pati Unus menderita kekalahan, tapi ini tidak mengurangi kebesarannya dan kepahlawanannya.
Pada tahun 1550 dan 1570 dari pelabuhan Jepara ini pula Ratu Kalinyamat mencoba mengulangi usaha Pati Unus mengusir Portugis dari Malaka, dengan kerja sama dengan Aceh.
Serangan gagal lagi. Namun kekalahan ini tidak menguragi kemasyuran Jepara.
Pram juga menuliskan serangan dari Jepara untuk mengusir Portugis di Pulau Hitu, Maluku. Gagal lagi.
Sejarahwan asal Amerika Serikat yang pernah lama tinggal di Australia dan Indonesia, Ricklefs, ketika melukiskan tentang peran penting Jepara dan Demak dalam sejarah perlawanan terhadap Portugis.
“Pengaruh Jepara mencapai tingkat yang terbesar pada akhir abad ke-16, pada waktu daerah ini diperintah oleh seorang ratu bernama Ratu Kalinyamat. Pada tahun 1551, Jepara membantu Johor dalam serangan yang gagal terhadap Malaka, dan pada tahun 1574, Jepara sekali lagi mengepung Malaka selama tiga bulan,” demikian tulis Ricklef.
Bernard HM Vlekke menuliskan pula kehebatan Ratu Kalinyamat.
“Setelah kerajaan Demak, muncul pula Kerajaan Jepara yang menjadi musuh berbahaya bagi Portugis pada abad ke-16. Ratu Jepara yang terkenal yang begitu menyusahkan Portugis di Malaka, wafat sebelum pergantian abad.....,” tulis Bernard HM Vlekke.