Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Buaya Berkalung Ban di Palu Akhirnya Terbebas, Ini Sederet Kisah Penyelamatannya sejak 2016

Kompas.com - 08/02/2022, 05:30 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

 

Panji Petualang coba selamatkan buaya berkalung ban

Sejumlah pencinta satwa pernah mencoba untuk melepaskan ban dari buaya itu. Salah satunya adalah Panji si Petualang.

Bersama timnya, Panji mendatangi Palu pada 2018. Namun, Panji masih kesulitan menentukan cara menangkap buaya.

Baca juga: Giliran Forrest Galante Unjuk Gigi Tangkap Buaya Berkalung Ban di Palu

"Kita bisa saja pakai pancing dengan menggunakan umpan daging, cuma posisinya kalau pakai kail takutnya mulut buaya bisa terluka. Atau bisa juga saya berenang sampai onggokan pasir dimana buaya berkalung ban itu berjemur, kemudian kita jerat pake tali, cuma memang resikonya besar," paparnya, 21 Januari 2018.

Selain itu, di tempat yang sama, Panji melihat ada buaya lain.

"Karena selain arusnya deras, saya juga berpikir karena ada satu buaya lagi yang besarnya sama, juga sedang berjemur. Jangan sampai saya nantinya yang diselamatkan,” sebutnya.

Baca juga: Dari Panji Petualang hingga Bule Australia Matt Wright Belum Mampu Tangkap Buaya Berkalung Ban di Palu


BKSDA gelar sayembara

Buaya liar terjerat ban bekas kembali memunculkan diri di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (19/3/2020). Buaya yang menghilang saat diburu untuk diselamatkan ahli satwa liar dari Australia Matt Nicolas Wright dan Forrest Galante dari Amerika Serikat beberapa waktu lalu, kini muncul kembali di dekat perangkap yang dipasang Satgas Penanganan Buaya BKSDA Sulteng. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/foc.buaya berkalung ban Buaya liar terjerat ban bekas kembali memunculkan diri di Sungai Palu, Sulawesi Tengah, Kamis (19/3/2020). Buaya yang menghilang saat diburu untuk diselamatkan ahli satwa liar dari Australia Matt Nicolas Wright dan Forrest Galante dari Amerika Serikat beberapa waktu lalu, kini muncul kembali di dekat perangkap yang dipasang Satgas Penanganan Buaya BKSDA Sulteng. ANTARAFOTO/Basri Marzuki/foc.

Sejak 2016, Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulteng telah melakukan berbagai upaya untuk melepaskan ban di leher buaya.

Salah satu usaha yaitu dengan jala yang diberi pemberat dan menggunakan kerangkeng. Akan tetapi, usaha itu tak berhasil.

Lalu, pada 2020, BKSDA Sulteng menggelar sayembara.

"Jika ada masyarakat berhasil melepas ban bekas di leher buaya itu, kami akan berikan imbalan," terang Kepala BKSDA Sulteng Hasmuni Hasmar, 28 Januari 2020.

Sayembara ini diadakan karena BKSDA Sulteng tidak punya cukup sumber daya untuk mencari buaya itu.

Baca juga: BKSDA Palu Gelar Sayembara untuk Bebaskan Buaya Berkalung Ban Bekas

Selain itu, BKSDA Sulteng menyelenggarakan sayembara ini setelah ada instruksi dari Gubernur Sulteng kala itu, Longki Djanggola.

Sayembara akhirnya ditutup karena sepi peminat.

BKSDA lantas membentuk satgas untuk menangkap buaya tersebut.

Pada awal Februari 2020, BKSDA Sulteng memanggil dua ahli satwa asal australia, Matthew Nicolas Wright dan Chris Wilson.

Matt adalah pengisi acara dalam salah satu program di National Geographic.

Ia dikenal berpengalaman dalam pemindahan satwa liar yang masuk ke kawasan permukiman. Ia juga disebut sudah menangkap puluhan buaya.

Baca juga: Matt Wright Pulang ke Australia, Buaya di Sungai Palu Masih Berkalung Ban

Halaman:


Terkini Lainnya

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Nasib Pilu Nakes Diperkosa 3 Pria di Simalungun, 5 Bulan Pelaku Baru Berhasil Ditangkap

Regional
Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Kepsek SMK di Nias Bantah Aniaya Siswanya sampai Tewas, Sebut Hanya Membina

Regional
30 Ibu Muda di Serang Jadi Korban Investasi Bodong, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

30 Ibu Muda di Serang Jadi Korban Investasi Bodong, Kerugian Capai Rp 1 Miliar

Regional
Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo, Dua Pengusaha Rugi Hampir 1 Miliar

Penipuan Katering Buka Puasa Masjid Sheikh Zayed Solo, Dua Pengusaha Rugi Hampir 1 Miliar

Regional
Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Pimpinan Ponpes Cabul di Semarang Divonis 15 Tahun Penjara

Regional
Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Viral, Video Penggerebekan Judi di Kawasan Elit Semarang, Ini Penjelasan Polisi

Regional
Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Pj Wali Kota Tanjungpinang Jadi Tersangka Kasus Pemalsuan Surat Tanah

Regional
Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Polisi Aniaya Istri Gunakan Palu Belum Jadi Tersangka, Pelaku Diminta Mengaku

Regional
Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Ngrembel Asri di Semarang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Gunung Ruang Kembali Meletus, Tinggi Kolom Abu 400 Meter, Status Masih Awas

Regional
Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Lansia Terseret Banjir Bandang, Jasad Tersangkut di Rumpun Bambu

Regional
Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Polda Jateng: 506 Kasus Kecelakaan dan 23 Orang Meninggal Selama Mudik Lebaran 2024

Regional
Disebut Masuk Bursa Pilgub Jateng, Sudirman Said: Cukup Sekali Saja

Disebut Masuk Bursa Pilgub Jateng, Sudirman Said: Cukup Sekali Saja

Regional
Bupati dan Wali Kota Diminta Buat Rekening Kas Daerah di Bank Banten

Bupati dan Wali Kota Diminta Buat Rekening Kas Daerah di Bank Banten

Regional
Pengusaha Katering Jadi Korban Order Fiktif Sahur Bersama di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Rp 960 Juta

Pengusaha Katering Jadi Korban Order Fiktif Sahur Bersama di Masjid Sheikh Zayed Solo, Kerugian Rp 960 Juta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com