Begitu pula pada masa pendudukan Belanda, lokasi ini digunakan untuk tempat peristirahatan karena suasana dan lokasinya tersebut.
Sebagai tempat peristirahatan orang Belanda, Kota Batu pernah disebut sebagai De Kleine Switzerland atau Swiss Kecil.
Pada masa pemerintahan Raja Sindok, seorang abdi kerajaan bernama Mpu Supo diminta membangun peristirahatan.
Kawasan Batu dipilih karena lokasinya dan adanya mata air di tempat ini.
Setelah dibangun, mata air ini digunakan untuk mencuci pusaka kerajaan. Kekuatan pusaka tersebut membuat mata air berubah menjadi panas yang dikenal hingga kini.
Di tempat ini juga bisa ditemui wisata sejarah Candi Songgoriti atau Candi Supo.
Asal nama Batu sendiri belum diketahui secara pasti karena belum ditemukan bukti sejarahnya.
Namun ada yang menyebut sebutan ini berasal dari nama seorang ulama pengikut Pangeran
Diponegoro yang bernama Abu Ghonaim atau disebut sebagai Kyai Gubug Angin.
Masyarakat kemudian menyebutnya sebagai Mbah Wastu.
Namun kebiasaan memperpendek nama agar cepat memanggil seseorah membuat nama Mbah Wastu dipanggil Mbah Tu, yang kemudian menjadi Mbatu atau Batu.
Sumber:
ciptakarya.pu.go.id
batukota.go.id
ppid.batukota.go.id