Sungai Batanghari membawa banyak deposit emas, sehingga muncul nama Swarnadwipa atau Pulau Emas, sebutan untuk Pulau Sumatera di masa lalu.
Sungai Batanghari menjadi saksi kemunculan Kerajaan Melayu yang cukup disegani, dan kekuasaannya mencakup Sumatera dan Semenanjung Malaya.
Sungai Batanghari juga menjadi titik perdagangan penting beberapa kerajaan seperti Sriwijaya dan Dharmasraya.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Singkawang, Kota yang Terkenal dengan Toleransinya
Jambi tergolong wilayah akhir yang dikuasai kolonial Belanda yaitu tahun 1904.
Sebelum dikuasai Belanda, wilayah Jambi merupakan daerah merdeka di bawah kekuasaan Kesultanan Melayu Jambi.
Pemimpin terakhir Kesultanan Jambi bernama Sultan Thaha Syaifudin yang berjuang melawan Belanda hingga akhir hayatnya.
Sejak diangkat sebagai Pangeran Ratu atau perdana menteri pada tahun 1841, Sultan Thaha memiliki misi memberantas buta huruf di kalangan masyarakat Jambi.
Pada tahun 1855, Sultan Thaha resmi naik tahta sebagai penguasa Jambi, dan semakin gencar mencerdaskan masyarakat.
Saat menjadi penguasa, Sultan Thaha memandang keberadaan Belanda sebagai masalah utama yang harus disingkirkan.
Maka Sultan Thaha lantas memimpin perlawanan rakyat Jambi dalam sebuah pertempuran sengit di Muara Kupeh pada tahun 1858.
Sejak saat itu, perjuangan Sultan Thaha dalam mengusir Belanda terus berlanjut hingga tahun 1904.
Dalam menjalankan misinya ini, Sultan Thaha mendapat dukungan penuh dari rakyatnya. Sultan bahkan bersumpah di hadapan rakyat, yang kemudian dikenal dengan sumpah Setih Setia.
Namun perjuangan Sultan Thaha diakhiri dengan siasat licik Belanda. Sultan Thaha meninggal pada 26 April 1904.
Sejak saat itu, wilayah Jambi secara resmi dikuasai oleh Hindia Belanda, dengan ditandai pengangkatan seorang Residen Jambi.
Kekuasan Belanda atas Jambi berlangsung sekitar 36 tahun karena pada tanggal 9 Maret 1942 terjadi peralihan kekuasaan kepada Pemerintahan Jepang.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Blitar, Kota Proklamator yang Asal-usul Namanya Konon Berkaitan dengan Bangsa Tartar