PEKANBARU, KOMPAS.com - Brigadir Polisi Kepala (Bripka) Donni Malindo, anggota Unit Lalu Lintas Polsek Lirik mengevakuasi seorang pria yang mengalami gangguan jiwa atau ODGJ di Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau.
Evakuasi ODGJ dilakukan Bripka Donni di Desa Alim, Kecamatan Batang Cenaku, Inhu, Sabtu (5/2/2022) pagi.
Proses evakuasi cukup menegangkan, karena pria ODGJ itu dikenal sering mengamuk. Sehingga, dikurung atau dipasung dan dirantai besi oleh keluarganya.
Diceritakan Bripka Donni kepada Kompas.com, awalnya dia mendapat informasi dari temannya ada ODGJ yang dipasung di Desa Alim.
Baca juga: Seorang Polisi di Pekanbaru Terluka Setelah Menabrak Motor Jambret
Sebagai polisi yang peduli ODGJ, ia bersama istri dan seorang temannya berangkat ke Desa Alim dengan jarak tempuh sekitar tiga jam.
Akses yang dilalui jalan tanah berlumpur dan berlobang karena diguyur hujan.
"Jalan menuju lokasi parah lumpurnya. Mobil saya sempat terperosok ke lubang. Untung dibantu ditarik sama jonder. Tapi, nyaris pula kami terlindas sama jonder karena tiba-tiba mundur. Syukur tidak jadi musibah," cerita Donni, melalui sambungan telepon, Minggu (6/2/2022).
Setibanya di Desa Alim, Donni berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk mengevakuasi ODGJ itu.
Donni mengaku terkejut ketika sampai di tempat ODGJ dipasung.
"Saya kaget karena pinggangnya dipasang rantai dan digembok. Pintu kerangkeng kayunya dipasang empat gembok," kata Donni.
Dia menyebutkan, ODGJ tersebut berinisial AS (42). AS anak kedua dari lima bersaudara.
Belakangan AS sering mengamuk dan mengejar-ngejar warga.
Karena itu, keluarganya membuat kerangkeng kayu berukuran sekitar 2x2 meter untuk mengurung AS.
"Dia (AS) sudah dua minggu dikurung. Karena belakangan dia sering mengamuk dan ngejar-ngejar warga. Kemarin itu ada cewek yang dikejar sampai ke rumah. Jadi keluarganya takut nanti dia kejar orang pakai parang, makanya dipasung," sebut Donni.
AS dikurung karena keluarganya khawatir nantinya melukai orang lain.
Apalagi, kedua orangtuanya yang sudah tua tak sanggup merawatnya. Ditambah lagi faktor ekonomi yang tak mencukupi untuk mengobati AS.