Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Gunung Anak Krakatau yang Kembali Meletus, Ungkap Kaitan dengan Gempa Banten dan Potensi Tsunami

Kompas.com - Diperbarui 24/04/2022, 22:47 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

Walau begitu, lokasi ini dulu kerap digunakan sebagai tempat wisata yang populer terutama di antara para pendaki dan pemerhati gunung api.

Namun, sejak tahun 2011 wisatawan tak lagi bisa mengunjungi area puncak dikarenakan adanya peningkatan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

4. Fenomena Langka di Dunia

Gunung Anak Krakatau menarik bagi para peneliti karena kemunculan gunung berapi dari dalam laut menjadi fenomena sangat langka di dunia.

Hal ini membuat pembatasan pengunjung dibatasi untuk empat tujuan yaitu penelitian, pendidikan, pengembangan pengetahuan, dan penunjang budidaya.

Hingga saat ini aktivitas Gunung Anak Krakatau masih diamati dan dipelajari untuk mengetahui berbagai potensi dan arahan mitigasi termasuk penentuan zona bahaya.

5. Hubungan Letusan Gunung Anak Krakatau dengan Gempa Banten

Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang telah beberapa kali mengalami erupsi dihubung-hubungkan dengan kabar gempa Banten, salah satunya gempa M5,5 pada Jumat,4 Februari 2022 pukul 17.10 WIB.

Dengan rentang waktu yang cukup dekat, banyak masyarakat mengira bahwa keduanya saling terkait.

Namun, Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyampaikan bahwa gempa selatan Banten ini murni gempa tektonik yang tidak berhubungan dengan aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Gempa tektonik tersebut merupakan jenis gempa dangkal sebagai akibat adanya deformasi batuan pada kerak samudra Lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah Banten dan bukan dari aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.

6. Letusan Gunung Anak Krakatau dan Tsunami Banten 2018

Sejarah letusan Gunung Krakatau tercatat pernah memicu tsunami Banten tahun 2018.

Pada tragedi tersebut, tsunami menelan 437 korban tewas, 10 korban hilang, dan 31.943 korban luka-luka.

Dikutip dari Kompas.com, Minggu (23/12/2018), Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menjelaskan bahwa tsunami terjadi setelah adanya erupsi Gunung Anak Krakatau pada Jumat (21/12/2018) pada pukul 13.51 WIB.

Pada Sabtu (22/12/2018) dikeluarkan peringatan dini akan adanya potensi gelombang tinggi pada pukul 07.00 WIB, kemudian pada pukul 21.03 WIB, tide gauge (alat pendeteksi tsunami) BMKG menunjukkan adanya kenaikan permukaan air di pantai sekitar Selat Sunda.

Berdasarkan hasil pengamatan alat pendeteksi tsunami di Serang di Pantai Jambu, Desa Bulakan, tercatat pukul 21.27 WIB ketinggian gelombang mencapai 0,9 meter, namun gelombang mencapai lebih dari 2 meter saat mencapai daratan.

Dilansir dari Tribunnews.com, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB saat itu, Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, penyebab tsunami yang melanda pantai di kawasan Selat Sunda kemungkinan berasal dari longsor bawah laut pengaruh erupsi Gunung Anak Krakatau.

Bersamaan dengan itu terjadi gelombang pasang akibat bulan purnama sehingga sempat sulit dicari penyebab gelombang tinggi tersebut.

Namun, kemudian BMKG merilis bahwa tsunami ini diduga akibat aktivitas Gunung Anak Krakatau karena tidak adanya rekaman gempa tektonik pada waktu sekitar kejadian.

Sumber:
twitter.comkompas.comtribunnews.com , lampungprov.go.id , dan vsi.esdm.go.id

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Dendam dan Sakit Hati Jadi Motif Pembunuhan Wanita Penjual Emas di Kapuas Hulu

Regional
Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Kerangka Manusia Kenakan Sarung dan Peci Ditemukan di Jalur Pendakian Gunung Slamet Tegal, seperti Apa Kondisinya?

Regional
Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Bupati Purworejo Temui Sri Sultan, Bahas soal Suplai Air Bandara YIA

Regional
Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Prabowo Minta Pendukungnya Batalkan Aksi Damai di MK Hari Ini, Gibran: Kita Ikuti Aja Arahannya

Regional
Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Pimpin Apel Bulanan Pemprov Sumsel, Pj Gubernur Agus Fatoni Sampaikan Apresiasi hingga Ajak Pegawai Berinovasi

Kilas Daerah
Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Suami Bunuh Istri di Riau, Sakit Hati Korban Hina dan Berkata Kasar ke Ibunya

Regional
Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni  Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Di Hadapan Ketua BKKBN Sumsel, Pj Ketua TP-PKK Tyas Fatoni Tegaskan Komitmen Turunkan Prevalensi Stunting

Regional
Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Banyak Pegawai Tak Gunakan Seragam Korpri Terbaru, Pj Wali Kota Pangkalpinang: Kalau Tak Mampu, Saya Belikan

Regional
Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Warga 2 Desa Diimbau Waspada Banjir Lahar Gunung Lewotobi Laki-laki

Regional
Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Petugas Rutan Tangkap Pengunjung Selundupkan Sabu ke Penjara

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Imigrasi Tangkap 19 WN Papua Nugini yang Langgar Aturan dalam 4 Bulan

Regional
Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Pria di Sumbawa Cabuli Anak Tetangga, Ditangkap Usai 2 Bulan Sembunyi di Lombok

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com