KOMPAS.com - Dalam tradisi pakaian tradisional Melayu Lingga, baik kaum perempuan maupun kaum laki-laki perlu menggunakan kain dagang.
Kain dagang adalah kain sarung yang dipakai kaum pria atau wanita sebagai pelengkap berpakaian Melayu.
Pakaian tradisional Melayu Lingga digunakan masyarakat Provisi Kepulauan Riau.
Dalam pakaian tradisional Melayu, kaum pria dianggap belum berpakaian lengkap jika belum menggunakan kain dagang, yakni sarung yang dipakai dengan cara disarungkan di badan menutupi sebagian celana.
Raja Ali Haji dalam Kitab Pengetahuan Bahasa, yang selesai disusun pada 1858 menyatakan, "Adapun pakaian orang Melayu daripada dahulu, sehelai seluar dipakai di dalam, kemudian baharulah memakai kain, bugiskah atau sutera..." jelas ungkapan tersebut seperti dilansir dari disbud.kepriprov.go.id
Baca juga: Sering Tampil Mengenakan Kain Sarung, Ini Alasan Bupati Bener Meriah
Dalam tradisi Lingga-Riau, Kain Dagang menunjukkan kesopanan dan kesantunan dalam berpakaian.
Jika tidak memakai kain dagang maka dianggap kurang sopan dan melanggar adat istiadat.
Kain dagang begitu penting, pakaian terhormat pria Melayu tidak saja dipadankan dengan pakaian tradisional tetapi juga dengan pakaian modern.
Sultan dan Raja di Lingga-Riau memakai sebagian pakaian modern dipadankan dengan kain dagang.
Dalam tradisi Melayu Lingga, kain dagang juga mempunyai makna dan penanda.
1. Kain dagang untuk pria
Kaum pria yang belum menikah memakai kain dagang hanya labuh atau turun sampai ke paras atas lutut.
Untuk kaum pria yang telah berkeluarga, kain dagang labuh sampai ke bawah lutut sekitar paras tulang kering.
Selain itu dalam memakai kain dagang terdapat dua jenis, yaitu kain dagang dalam dan kain dagang luar.
Baca juga: Mari Berkain - Kain Sarung dengan Dua Lipit
Kain dagang dalam adalah kain yang dipakai di dalam baju. Untuk di Lingga, kain dagang dalam khas dipakai dengan baju kurung Teluk Belanga.