MANADO, KOMPAS.com - Yaakov Baruch, Rabi Yahudi di Sinagoge Shaar Hasyamayim, memberikan penjelasan terkait tujuan didirikannya Museum Holocaust di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara.
Rabi Yaakov mengatakan, proses pengerjaan Museum Holocaust memakan waktu hampir tiga bulan.
Pembangunan awal museum ini dilakukan pada Oktober 2021 lalu dan diresmikan pada Kamis (27/1/2022).
"Kita memang mengejar target harus selesai dan diresmikan tanggal 27 Januari. Karena hari itu ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai Hari Peringatan Holocaust," kata Yaakov saat dihubungi Kompas.com via telepon, Kamis (3/2/2022).
Baca juga: Kisah Keluarga Yahudi yang Dilindungi Hitler dari Holocaust
Dikatakannya, ada beberapa hal yang menjadi tujuan membangun Museum Holocaust ini.
"Pertama, karena itu untuk mengenang keluarga oma saya atau nenek saya yang meninggal di Holocoust. Kemudian yang kedua itu, untuk edukasi ke masyarakat umum tentang bahayanya rasisme dan kebencian," ungkapnya.
"Dari peristiwa holocoust ini kita lihat rasisme dan kebencian itu kalau tidak dilawan bisa mengakibatkan keburukan, bisa melahirkan holocoust, jadi sangat-sangat berbahaya," sebut Yaakov Baruch.
Ia berharap dengan adanya museum ini sekiranya anak-anak muda bisa belajar, bahwa dari sekarang itu harus melawan namanya kebencian atau rasisme terhadap etnis atau kelompok tertentu.
"Jadi yang kita lawan sekarang bukan hanya antisemitisme atau anti-Yahudi, tapi juga misalnya Islamofobia, anti-Kristen atau anti-Buddha, Hindu, semua itu harus dilawan sejak dini," tuturnya.
Baca juga: Cerita Anak Korban Holocaust yang Selamat Merasa Senasib dengan Pengungsi Afghanistan
Menurut dia, jangan sampai ada hal seperti itu yang dibiarkan, karena holocaust nanti bisa terjadi lagi di masa depan terhadap etnis yang lain.
"Ini yang coba kita hindari, dan khususnya juga kami hindari jangan sampai juga terjadi untuk Komunitas Yahudi tentunya," katanya.
Soal hubungan diplomatik Indonesia dengan Israel, Rabi Yaakov Baruch tak berkomentar panjang.
Ia menegaskan, pihaknya tidak ada urusanya dengan politik dengan masalah tersebut.
"Karena bangunan museum ini murni dari kami sendiri, hanya untuk mengenang tentang yang terjadi terhadap bangsa kami, keluarga kami," paparnya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.