Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penolakan Proyek Geotermal Berujung Ricuh di Kantor Bupati Manggarai Barat

Kompas.com - 03/02/2022, 11:24 WIB
Priska Sari Pratiwi

Editor

KOMPAS.com - Aksi warga menolak proyek pengembangan tambang panas bumi atau geotermal di Desa Wae Sano, Kecamatang Sanonggoang, Kabupaten Manggarai Barat, NTT berujung ricuh.

Pintu gerbang kantor Bupati Manggarai Barat roboh akibat didorong warga dan massa dari Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) yang melakukan unjuk rasa pada Rabu (2/2/2022).

Warga ingin bertemu Bupati Manggarai Barat Edi Endi untuk menyampaikan penolakan terhadap proyek tersebut.

Baca juga: Demo Ricuh, Gerbang Kantor Bupati Manggarai Barat Roboh Saat Unjuk Rasa Tolak Proyek Geotermal

Ketua PMKRI Ruteng, Nardianus Nandeng mengungkapkan, penolakan warga itu dilandasi alasan keselamatan ruang hidup warga dan masa depan anak cucu.

"Rencana penambangan panas bumi yang persis berimpitan dengan pemukiman dan rumah adat, sumber air, lahan pertanian/perkebunan, fasilitas publik seperti sekolah dan gereja, itu tentu saja membawa ancaman besar bagi warga," kata Nardi, Rabu.

Menurutnya, kekhawatiran itu beralasan mengingat telah banyak contoh buruk ihwal ekstraksi panas bumi yang menghancurkan keselamatan warga dan ruang hidupnya.

Ia menyebutkan, di Ulumbu, Kabupaten Manggarai, misalnya, operasi panas bumi telah menyebabkan atap seng rumah-rumah warga karatan, tanaman cengkih, kakao, dan sejenisnya menjadi tak produkti, termasuk kesehatan warga ikut terganggu.

Hal serupa juga terjadi di Mataloko, seng-seng rumah dengan mudah berkarat, sumber air tercemar, bahkan lahan pertanian seperti sawah yang jaraknya sekitar dua kilometer dari titik pengeboran luluh lantak, tersembur lumpur panas hingga kini.

Baca juga: Viral Video Ledakan Tabung Minyak Tanah di Manggarai Barat, Ini Kata Polisi

Di luar Pulau Flores, kata dia, bahaya penambangan panas bumi juga telah banyak terjadi.

Salah satunya di desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Mandailing Natal.

Lima warga disebut tewas dan setidaknya puluhan korban lainnya masih menjalani perawatan di rumah-sakit, karena semburan gas dari sumur bor proyek ekstraksi panas-bumi PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) pada Senin, 25 Januari 2021.

Hal itu belum termasuk kasus ledakan dan semburan gas di proyek PLTP Ijen yang juga memakan korban.

Serta semburan cairan panas bumi di proyek Rimbo Panti, yang kemudian digelontor langsung ke wilayah suaka-alam Rimbo Panti, Pasaman, Sumatera Barat.

Baca juga: Pulang Beli Rokok, Seorang Pria di Manggarai Barat Dibacok Pakai Parang

Lima tahun lalu, semburan gas dari sumur bor GeoDipa di kavling ekstraksi panas bumi Dieng juga telah berakibat langsung pada kehidupan dan nafkah tani warga.

PMKRI menilai, upaya paksa atas pengembangan tambang panas bumi di Wae Sano merupakan bukti nyata betapa keberpihakan pemerintah itu justru kepada korporasi, bukan kepada warga.

Untuk itu, bersama warga Wae Sano, PMKRI mendesak Menteri ESDM melalui Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat menghentikan seluruh proses ekstraksi panas bumi Wae Sano, juga WKP lain di Flores dan mencabut seluruh izin panas bumi yang telah dikeluarkan.

Mereka juga mendesak Bank Dunia agar membatalkan segera kerja sama dan pemberian dana hibah kepada PT SMI (juga PT GeoDipa Energi), termasuk menghentikan seluruh proses di lapangan dalam memuluskan rencana penambangan panas bumi di Wae Sano.

 

KOMPAS.com / (Penulis: Kontributor Maumere, Nansianus Taris | Editor: Pythag Kurniati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com