Sementara itu, penjual ayam goreng, Miran mengaku selalu kehabisan saat hendak membeli minyak goreng harga Rp 14.000 di minimarket sepekan terakhir.
Setidaknya, Miran butuh empat liter minyak goreng untuk berdagang dalam sehari.
"Udah nyari-nyari dari seminggu ini kehabisan terus. Biasanya sih beli langsung dua kemasan yang dua liter. Tapi kan dibatasi cuma boleh satu kemasan dua liter," ungkapnya.
Lantaran selalu kehabisan stok minyak goreng harga Rp 14.000 di minimarket, ia pun beralih membelinya di pasar tradisional.
Ia mengaku minyak goreng dibelinya dengan harga Rp 19.000 di pasar tradisional.
"Ya mau gimana lagi, terpaksa cari di pasar. Saya beli empat kemasan yang satu liter. Harganya masih Rp 19.000," ungkapnya.
Dirinya berharap ketersediaan minyak goreng Rp 14.000 bisa menjangkau masyarakat.
"Karena kan stoknya habis terus ya yang harga Rp 14.000. Di pasar juga belum turun harga karena bilangnya beli dari distributor udah mahal," ucapnya.
Baca juga: Inginnya Sih Bisa Dapat Harga Murah, tapi Mencarinya Masih Susah
Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Nurkholis mengatakan, pihaknya telah melakukan pengawasan ke sejumlah pasar tradisional.
Menurutnya, harga minyak goreng di pasar tradisional memang masih tinggi.
Untuk itu, mekanisme subsidi minyak goreng terutama di pasar tradisional perlu ada kejelasan.
"Yang penting itu mekanismenya. Sepanjang pedagang mengulakan dengan harga di bawah Rp 14.000 dan ada tanda khusus tentu tak jadi persoalan jika menjual dengan harga Rp 14.000. Tapi jika harga beli masih di atas Rp 14.000 itu kan mustahil. Kecuali kalau ada subsidi langsung," katanya.
Ia mengatakan, terkait kebijakan harga eceran tertinggi (HET) per 1 Februari, pihaknya akan melakukan pengecekan di pasar tradisional.
"Kami akan memantau terus bagaimana nanti kondisinya di lapangan sambil menunggu nanti juklaknya seperti apa. Yang terpenting kuncinya itu mekanismenya," ujarnya.
Ia berharap, distributor bisa memberikan tanda khusus untuk minyak goreng bersubsidi agar pengeckan di lapangan lebih mudah.
"Kalau minyak yang tidak subsidi sudah beredar habis, tinggal nanti distributor beri label subsidi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.