Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tri Koro Dharmo: Sejarah, Pendiri, Tujuan, dan Perubahan Nama Menjadi Jong Java

Kompas.com - 30/01/2022, 20:13 WIB
Puspasari Setyaningrum

Penulis

KOMPAS.com - Tri Koro Dharmo adalah organisasi pemuda yang didirikan atas dasar nasionalisme.

Anggota Tri Koro Dharmo adalah para pemuda sekolah menengah yang terinspirasi dengan berdirinya Budi Utomo sebagai organisasi pergerakan nasional di antara kaum cendikiawan.

Baca juga: Budi Utomo: Sejarah, Tokoh Pendiri, dan Tujuan Organisasi

Organisasi ini bersifat kesukuan yang terdiri dari pemuda Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Madura, dan Bali.

Pendiri Tri Koro Dharmo

Melansir laman Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud, Tri Koro Dharmo didirikan oleh Dr. Satiman Wirjosandjojo yang kemudian menjadi ketuanya.

Baca juga: Sumpah Pemuda: Isi Teks, Sejarah, dan Maknanya

Sementara Wongsonegoro menjabat menjadi wakil ketua dan Sutomo menjadi sekretaris.
Sebagai anggota pertamanya ada Muslich, Musodo dan Abdul Rahman.

Pada tanggal 7 Maret 1915 dengan nama awal Tri Koro Dharmo, di Gedung STOVIA organisasi ini resmi didirikan.

Baca juga: Sejarah Indische Partij: Pendiri, Latar Belakang, Tujuan, dan Alasan Pembubaran

Tujuan Tri Koro Dharmo

Tri Koro Dharmo berarti Tiga Tujuan Mulia yaitu sakti, budi, dan bakti yang menunjukkan arah dari berdirinya organisasi ini.

Secara umum, tujuan perkumpulan pemuda ini adalah untuk menciptakan sarana pelatihan dan pembinaan bagi para pemuda pribumi supaya bisa berkontribusi dalam perjuangan nasionalisme bangsa Indonesia.

Perubahan Nama Tri Koro Dharmo Menjadi Jong Java

Antusiasme pemuda untuk bergabung dalam Tri Koro Dharmo memaksa adanya perubahan nama menjadi Jong Java.

Alasannya tak hanya pemuda dari Jawa Tengah dan Jawa Timur saja yang bergabung, namun para pemuda dari Sunda, Madura, dan Bali juga turut ikut dalam organisasi ini.

Kongres I di Solo 12 Juni 1918 menjadi momen resminya perubahan Tri Koro Dharmo menjadi Jong Java dengan tetap bersifat Jawa.

Kemudian pada kongres kedua di Yogyakarta pada tahun 1919, diangkatlah beberapa topik seperti soal milisi untuk bangsa Indonesia, mengubah bahasa Jawa lebih demokrasi, perguruan tinggi, kedudukan wanita Sunda, sejarah tanah Sunda dan arti pendirian nasional Jawa dalam pergerakan rakyat.

Hal ini berlanjut di tahun berikutnya pada kongres ketiga yang diadakan di Solo, serta kongres keempat di Bandung.

Pembahasannya seputar membangunkan cita-cita Jawa Raya, dan mengembangkan rasa persatuan diantara suku-suku bangsa di Indonesia.

Baru pada kongres kelima di solo terbitlah pernyataan bahwa Jong Java tidak mencampuri urusan politik.

Setelah Jong Java bergabung dalam Serikat Islam, baru masuk pengaruh politik yang dibawa oleh Haji Agus Salim.

Perpecahan kemudian terjadi dan dibentuklah perkumpulan baru bernama Jong Islamieten Bond.

Kongres terakhir Jong Java dilaksanakan setelah sumpah Pemuda yaitu pada 23-29 Desember 1929.

Saat itulah fusi Indonesia Muda terbentuk dan akhirnya Jong Java dibubarkan.

Sumber:
museumsumpahpemuda.kemdikbud.go.id 
kompas.com 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pembunuhan di Wonogiri, Pelaku Kubur Jasad Kekasih di Pekarangan Rumah

Pembunuhan di Wonogiri, Pelaku Kubur Jasad Kekasih di Pekarangan Rumah

Regional
Kronologi Tentara Amerika Meninggal di Hutan Karawang, Sempat Terpisah Saat Survei Latihan Gabungan

Kronologi Tentara Amerika Meninggal di Hutan Karawang, Sempat Terpisah Saat Survei Latihan Gabungan

Regional
Bea Cukai Temukan Truk Berisi Jutaan Batang Rokok Ilegal Tak Bertuan di Kalbar

Bea Cukai Temukan Truk Berisi Jutaan Batang Rokok Ilegal Tak Bertuan di Kalbar

Regional
Siswi SMA yang Simpan Bayinya di Koper Ternyata Sedang Magang

Siswi SMA yang Simpan Bayinya di Koper Ternyata Sedang Magang

Regional
TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

TKW Asal Cianjur Diduga Jadi Korban Kekerasan Majikan di Irak, Kini Minta Dipulangkan ke Indonesia

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Kamis 25 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

2 Perempuan Indonesia Kabur Saat Hendak Dijadikan Penghibur di Malaysia

Regional
[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com