KOMPAS.com - Nahdlatul Ulama (NU) tahun ini memasuki usia 100 tahun atau 1 abad apabila dihitung menurut penanggalan Hijriah.
Hingga berusia 1 abad, Nahdlatul Ulama (NU) masih dikenal masyarakat sebagai sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Nahdlatul Ulama (NU) diketahui berdiri pada 31 Januari 1926 M atau bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H.
Baca juga: Sejarah Pagar Nusa, Pencak Silat Nahdlatul Ulama
Sejak awal berdirinya hingga saat ini, kontribusi Nahdlatul Ulama (NU) dalam pembangunan juga selalu terlihat dari waktu ke waktu.
Peran NU di berbagai bidang kehidupan termasuk keterlibatannya di ranah politik membuat makin dikenal dan diperhitungkan.
Baca juga: Latar Belakang Lahirnya Nahdlatul Ulama
Jelang Hari Lahir (Harlah) NU yang selalu diperingati tiap 31 Januari, simak sejarah singkat berdirinya organisasi ini.
Baca juga: Badan-badan Otonom Nahdlatul Ulama
Melansir laman NU Online, para ulama pesantren Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) mendirikan jam'iyah atau organisasi NU di kediaman KH Abdul Wahab Chasbullah di Kertopaten.
Sebelumnya, KH Wahab Chasbullah juga pernah telah mendirikan organisasi pergerakan Nahdlatul Wathon atau Kebangkitan Tanah Air pada 1916.
Kemudian beliau juga mendirikan Nahdlatut Tujjar atau Kebangkitan Saudagar pada 1918.
Kemudian pada tahun 1914 didirikanlah kelompok diskusi Tashwirul Afkar atau kawah candradimuka pemikiran yang juga disebut sebagai Nahdlatul Fikr atau kebangkitan pemikiran.
Pada saat mendirikan NU, para kiai juga mendiskusikan nama organisasi yang akan digunakan.
Serupa dengan nama kelompok sebelumnya, tersebutlah usulan nama Nuhudlul Ulama yang berarti kebangkitan ulama.
Namun, KH Mas Alwi Abdul Aziz kemudian mengusulkan nama Nahdlatul Ulama.
Alasannya, konsekuensi penggunaan kata nahdlatul adalah kebangkitan yang telah terangkai sejak berabad-abad lalu.
Hal ini mengingat bahwa Nahdlatul Ulama bukanlah hasil yang tiba-tiba mengingat ulama Aswaja memiliki sanad keilmuan dan perjuangan sama dengan ulama-ulama sebelumnya.