Benturan budaya ini direpresentasikan dengan konflik antara Hamdan dengan anaknya, Jaya, yang menolak keras cara-cara klenik sang Ayahanda.
"Di sini Jaya dengan aktivitasnya sebagai musisi musik modern sengaja dihadirkan sebagai bentuk benturan budaya yang sekarang terjadi," kata Iin.
Baca juga: Gedung Saparua, Saksi Sejarah Pergerakan Kolektif Anak Muda Bandung
Film ini diakhiri dengan kenyataan serdam yang dibuat Hamdan untuk tetua adat itu adalah karya terakhirnya.
Muncul kesedihan sang maestro di bagian akhir film.
Sementara itu, sutradara film Serdam, Dede Safara mengatakan, film ini secara umum berusaha memunculkan pergulatan budaya tradisional dengan budaya modern yang umumnya mengorbankan budaya tradisional sampai punah.
"Budaya tradisional menjadi dilupakan. Padahal, sejatinya budaya tradisional inilah yang membentuk manusia dalam progresnya ke budaya modern," kata Dede.
Dede menambahkan, film ini juga berusaha mengingatkan kembali terkait alat musik bernama serdam tersebut kepada masyarakat.
"Terus terang, sudah banyak yang tidak mengenal alat musik serdam ini," kata Dede.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.