Adapun peletakan batu pertama pembangunan Jam Gadang ini dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang saat itu masih berusia 6 tahun.
Sementara total biaya pembangunan Jam Gadang sendiri mencapai 3.000 gulden pada saat itu.
3. Mengalami Tiga Kali Perubahan
Sejak awal dibangun, Menara Jam Gadang telah mengalami setidaknya tiga kali perubahan dan penyesuaian, tepatnya pada bagian atap.
Pada awalnya, atap Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap timur di atasnya.
Lalu atap Jam Gadang diubah pada masa pendudukan Jepang. Saat itu, atapnya diubah menjadi seperti bentuk pagoda.
Perubahan ketiga terjadi pada setelah kemerdekaan. Atap Jam Gadang dibentuk gonjong, seperti atap rumah adat Minangkabau pada umumnya.
Baca juga: Lobang Jepang Bukittinggi: Sejarah, Isi, Fungsi, dan Harga Tiket Masuk
4. Bandul Jam Pernah Patah
Bandul jam pada Jam Gadang pernah patah pada saat gempat terjadi di Sumatera Barat tahun 2007 silam.
Diketahui, gempa itu berkekuatan 5,8-6,4 skala richter yang getarannya terasa hingga Malaysia dan Singapura.
Akibat gempa itu, bandul penggerak Jam Gadang patah dan harus dilakukan penggantian.
Sehingga, bandul jam yang disaksikan pengunjung saat ini merupakan bandul yang baru.
5. Penulisan Angka 4 Jam Gadang
Angka-angka pada Jam Gadang ditulis dengan angka Romawi, mulai dari I-XII.
Namun, ada yang menarik ketika penulisan angka 4 tidak sesuai dengan kaidah penulisan angka Romawi.