Arsitektur Istana Pagaryung dibuat untuk menghubungkan antara elemen arsitektur itu sendiri dengan alam. Hal ini membuat Istana Pagaruyung terkesan tidak kaku, serta cenderung dinamis.
Selain itu, arsitektur tersebut juga mencerminkan kebudayaan Minangkabau yaitu “alam takambang jadi guru” yang banyak dipengaruhi oleh spiritualitas Islam.
Bagi masyarakat Minangkabau, agama Islam merupakan penyempurna ajaran agama yang mereka kenal sebelumnya. Islam juga menjadi dasar dari setiap adat dan kebudayaan masyarakat.
Diketahui, dasar Islam dalam kehidupan budaya Minangkabau melahirkan prinsip yang berbunyi “adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah”, yaitu adat bersandar pada aturan, aturan bersandar pada kitab Allah (Al-Qur’an).
Cerminan kebudayaan pada Istana Pagaruyung dapat dilihat dari anak tangga di depan bangunan yang berjumlah ganjil, yaitu 11. Bilangan ganjil rupanya disukai oleh masyarakat Minangkabau karena melambangkan keesaan Tuhan.
Baca juga: Pagaruyung, Simbol Perekat Nusantara
Berikutnya adalah atap gonjong atau tanduk kerbau. Simbol ini dimaknai sebagai interaksi manusia kepada Tuhan karena bentuknya yang menjulang ke atas. Bentuk atap bangunan ini juga melambangkan keselarasan alam yang bergunung dan berbukit.
Bagian depan Istana Pagaruyung juga menyimpan makna yang mendalam dengan banyaknya motif alam, seperti akar, bunga, dan hewan. Motif-motif itu sesuai tuntunan agama yang melarang melukis makhluk hidup secara utuh.
Sumber:
Resky Annisa Damayanti dan Vanessa Vidia Ardyharini (2020). Makna Spiritual di Balik Bangunan Rumah Gadang Istana Basa Pagaruyung. Jurnal Dimensi Seni Rupa dan Desain, vol 17.
Kompas.com