Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Ribuan Pengungsi Erupsi Semeru Menunggu Kepastian Relokasi

Kompas.com - 08/01/2022, 07:27 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Ribuan jiwa yang tersebar di ratusan titik pengungsian di tiga kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kini sedang menanti relokasi rumah setelah tempat tinggal mereka musnah dilalap guguran awan panas Gunung Semeru pada akhir 2021 lalu.

Sejumlah keluarga pasrah dengan relokasi rumah yang masih pada tahap awal pembangunan hunian sementara atau huntara. Namun, ada pula yang menolak relokasi karena beragam alasan.

BNPB dan pakar vulkanologi, Surono, mengimbau agar pengungsi bersedia direlokasi karena area yang terdampak langsung erupsi Semeru akan terdampak lagi di masa depan

Baca juga: Perjuangan Guru Eliyawati, Terjang Sisa Material Banjir Lahar Semeru demi Mengajar Anak Didik yang Terisolasi

Menurut Surono, relokasi adalah hal yang krusial karena bencana alam yang menimbulkan korban jiwa dan berulang kali terjadi di Semeru dan wilayah rawan lainnya di Indonesia dipicu oleh pengelolaan tata ruang yang salah.

Sementara itu, pemerintah setempat tidak bisa memberi kepastian jadwal relokasi. Namun, yang pasti, menurut Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, kebutuhan warga akan dipenuhi.

Nasib para pengungsi

Proses pemakaman potongan tubuh (body part) korban erupsi Gunung Semeru, di Tempat Pemkaman Umum (TPU) Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Senin (3/1/2022).  (Surya.co.id/Tony Hermawan) Proses pemakaman potongan tubuh (body part) korban erupsi Gunung Semeru, di Tempat Pemkaman Umum (TPU) Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Senin (3/1/2022). (Surya.co.id/Tony Hermawan)
Tahun berganti, pengungsi erupsi Gunung Semeru masih bertahan di pengungsian dan mengandalkan bantuan untuk keperluan sehari-hari.

"Alhamdulillah, bantuan sembako banyak. Kalau ada bantuan uang dari donatur [kami pakai] untuk beli lauknya," kata Leni Marlina, warga Kecamatan Candipuro yang hingga saat ini rumahnya masih terendam lumpur vulkanik dan banjir.

Sementara, relokasi 2.000 rumah yang terdampak langsung guguran awan panas Semeru masih berada pada tahap awal pembangunan hunian sementara atau huntara.

Adapun hunian tetap atau huntap akan dibangun setelahnya. Namun, kepastian jadwal relokasi belum tersedia.

Baca juga: 8 Potongan Tubuh Korban Erupsi Gunung Semeru yang Sulit Teridentifikasi Dimakamkan

"Kalau timeline saat ini masih dimatangkan oleh pemerintah daerah karena [proyek] ini berjalan dilakukan oleh satgas transisi darurat terutama bupati," kata Abdul Muhari Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB kepada BBC News Indonesia lewat sambungan telepon.

"Tapi yang pasti secepatnya, karena kita tidak mengharapkan masyarakat yang terdampak, tinggal terlalu lama di pengungsian."

Di tengah penantian itu, Leni merasa beruntung. Ia beserta suami dan dua putrinya bisa menumpang di rumah salah seorang keluarga di Desa Jarit, Kecamatan Candipuro--tidak jauh dari titik-titik pengungsian yang tersebar di area itu.

Baca juga: Cerita Menegangkan Tim SAR Evakuasi 2 Kakek yang Terjebak Banjir Lahar Dingin Semeru

Sejumlah pengungsi menunaikan ibadah salat di sebuah tenda darurat di Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.REUTERS via BBC Indonesia Sejumlah pengungsi menunaikan ibadah salat di sebuah tenda darurat di Penanggal, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Di pekarangan terdapat barang-barang yang terlihat acak; sebuah sofa di tengah pohon-pohon pisang, sebuah ember besar, dan sepeda.

Ada pula pakaian sehari-hari yang ditumpuk begitu saja di sebuah sudut rumah. Itu semua adalah sebagian harta benda yang bisa diselamatkan dari rumah mereka di Dusun Kamar Kajang.

Rumah tersebut telah mereka tinggali selama setidaknya 11 tahun.

Tapi kini bangunan itu tidak hanya terendam lumpur vulkanik, tapi juga banjir akibat luapan Sungai Besuk Sat.

Baca juga: Cerita Menegangkan Tim SAR Evakuasi 2 Kakek yang Terjebak Banjir Lahar Dingin Semeru

Lumpur membuat sungai itu menjadi dangkal dan menutup saluran-saluran drainase. Hujan dengan intensitas tinggi yang turun hampir setiap hari akhirnya meluapkan air sungai dan merendam puluhan rumah.

Jika bantuan logistik dan dana tetap mengalir, Leni yakin keluarganya bisa bertahan setidaknya satu sampai dua bulan ke depan.

"[Saya khawatir] kemungkinan bantuan dari donatur mungkin akan selesai pada bulan ini," kata Leni mengungkapkan kegelisahannya. "Relawan-relawan juga sudah pulang," tambah dua.

Baca juga: Detik-detik Evakuasi Kakek Suara dan Buang yang Terjebak Lahar Hujan Gunung Semeru

Suami Leni, Agus Sutikno, biasa berprofesi sebagai supir. Namun di tengah ketidakpastian saat ini, ia belum bisa kembali mencari nafkah.

Ia berharap besar bisa melanjutkan hidupnya saat ia dan keluarga menempati rumah di lahan relokasi nanti.

"Saya menerima direlokasi, karena mau bagaimana lagi. Saya menerima karena keadaan," kata Agus.

Kegelisahan keluarga Leni dan Agus juga dirasakan oleh banyak pengungsi Semeru lainnya. Berdasarkan data terkini BNPB, jumlah pengungsi mencapai 10.400 jiwa, dan tersebar di 406 titik pengungsian di tiga kecamatan di kabupaten Lumajang.

Baca juga: Kolom Abu Setinggi 200 Meter Teramati di Puncak Gunung Semeru

Pendataan warga dan pembersihan lahan hampir selesai

Rumah-rumah yang terendam lumpur vulkanik dan banjir luapan sungai Besuk Sat di Dusun Kamar Kajang, Kecamatan Candipuro. Salah satunya adalah rumah keluarga Agus Sutikno.BBC Indonesia Rumah-rumah yang terendam lumpur vulkanik dan banjir luapan sungai Besuk Sat di Dusun Kamar Kajang, Kecamatan Candipuro. Salah satunya adalah rumah keluarga Agus Sutikno.
Lahan relokasi utama terletak di lahan milik Perhutani seluas 81,55 hektare di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Selain itu terdapat lahan lain yang lebih kecil di Desa Oro-oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo.

Menurut BNPB, pendataan detil kepala keluarga yang akan direlokasi masih berjalan. Pembersihan lahan di kedua tempat juga telah berjalan secara bertahap dan hampir selesai.

Selain itu, jaringan listrik juga tengah dibangun oleh PLN. Khususnya di lokasi Sumbermujur.

Namun kapan pastinya warga bisa pindah ke hunian sementara, BNPB tidak bisa memberi jaminan.

Baca juga: Banjir Lahar Dingin Semeru, Jembatan Antardesa di Lumajang Putus

"Karena situasi [di lapangan] kita tidak bisa membuat suatu timeline yang robust dan rigid karena aktivitas gunung api masih cukup aktif," kata Abdul Muhari Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.

"Untuk mobilisasi material bisa terjadi gangguan. Jangan lupa, bulan depan sampai Februari itu kita di puncak La-Nina dan puncak musim hujan," tambah Abdul.

"Jadi banyak hal-hal yang memang harus kita pertimbangkan, sehingga tidak serta merta memberikan estimasi waktu pada masyarakat yang ada di pengungsian."

Meski demikian, BNPB meyakinkan bahwa kebutuhan warga selama mengungsi akan tetap terpenuhi.

Baca juga: 2 Warga Terjebak Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru, Begini Kondisinya

Penemuan jasad penambang pasir di dalam truk. Keduanya tewas dalam erupsi gunung semeru. Penemuan jasad penambang pasir di dalam truk. Keduanya tewas dalam erupsi gunung semeru.
Di saat bersamaan, dana material, dan peralatan untuk membuat hunian sementara telah siap di lapangan.

Saat ini fase tanggap darurat di Semeru telah selesai, dan sekarang berada di fase transisi darurat.

"Tunggu dulu sebentar di situ, biarkan pemerintah daerah bekerja secara optimal, secepat mungkin nanti huntara ini disiapkan," kata Abdul.

"Ketika kita bicara relokasi, itu bukan hanya memindahkan manusia, itu memindahkan hidup dan penghidupan," kata Abdul.

Baca juga: 2 Jenazah Ditemukan di Dalam Truk, Diduga Anak dan Bapak Korban Letusan Gunung Semeru

Proyek hunian sementara ditangani oleh BNPB. Sementara proyek hunian tetap akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

Menurut Abdul, proyek huntara menggunakan anggaran yang sudah didonasikan oleh masyarakat, melalui rekening Baznas.

Dari sekitar 80 hektare lahan yang tersedia, sekitar 40 hektare akan dibangun perumahan, dan 40 hektare sisanya akan dibangun fasilitas umum dan fasilitas sosial.

Kemungkinan untuk menyediakan lahan garapan bagi pengungsi juga kini tengah dipertimbangkan. Hal ini bergantung pada ketersediaan dan keamanan lokasi lahan dari guguran awan panas Semeru.

Baca juga: Gunung Semeru Kembali Luncurkan Awan Panas Guguran Sejauh 5 Km

Pada Rabu (5/1/2022), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa mengunjungi lahan relokasi dan ia memberikan estimasi kapan huntara bisa selesai dibangun.

"Perkiraan Dandim [Komandan Distrik Militer] sebagai satgas di sini dan pak bupati, huntara kemungkinan dalam satu bulan selesai," kata Khofifah di lapangan.

"Mungkin akan ada yang support untuk kebutuhan rumah tangga, mereka masuk rumah sudah ada isinya."

Baca juga: 3 Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru Belum Teridentifikasi

Mitigasi bencana harus ditanggapi dengan serius

Kondisi pemukiman warga yang banjir dan terendam pasir di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12/2021). Puluhan rumah di dusun tersebut terendam luapan air sungai bercampur material lahar dingin erupsi Gunung Semeru akibat diguyur hujan deras pada Selasa (7/12) dan Rabu (8/12) malam.KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG Kondisi pemukiman warga yang banjir dan terendam pasir di Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12/2021). Puluhan rumah di dusun tersebut terendam luapan air sungai bercampur material lahar dingin erupsi Gunung Semeru akibat diguyur hujan deras pada Selasa (7/12) dan Rabu (8/12) malam.
Agus Sutikno tinggal di wilayah yang kini terdampak erupsi Semeru selama puluhan tahun.

Bahkan karena merasa betah dan aman mendiami wilayah itu, Agus memutuskan untuk membeli lahan di seberang sungai Besuk Sat yang ia tinggali bersama istri dan dua anaknya yang berusia 10 tahun dan 6 tahun.

Menurutnya, selama ia tinggal di wilayah itu, ia tidak pernah mendapat peringatan apapun mengenai bahayanya maupun informasi dan edukasi evakuasi jika terjadi bencana.

Saat erupsi berlangsung pada awal Desember lalu, istri Agus, Leni Marlina sempat mengambil video.

Baca juga: Rombongan Relawan Erupsi Semeru Kecelakaan di Tol Gempol - Pasuruan, 1 Penumpang Tewas

Saat ia melihat kepulan awan berubah menjadi gelap dan abu berguguran dari langit, barulah ia merasa bahwa ada bahaya yang mengancam.

Ia menyelamatkan anak-anaknya, mengumpulkan surat-surat berharga, dan masuk ke dalam kendaraan bersama suaminya.

"Waktu itu gelap seperti mati lampu," tutur Leni.

"Pokoknya naik kendaraan dengan gelap-gelapan, entah menabrak, entah apa, pokoknya tujuan saya lari sekencang-kencangnya dari tempat itu."

Baca juga: Ini Kelebihan Konsep Hunian bagi Pengungsi Semeru yang Digagas Tim ITS

Relawan Gerakan Pena sata berada di kawasan terdampak bencana letusan Gunung Semerudok Gerakan pena Relawan Gerakan Pena sata berada di kawasan terdampak bencana letusan Gunung Semeru
Semua video yang diambil hari itu diakui Agus telah dihapus semua.

"Anak saya yang masih kecil kalau melihat video itu nangis," jelas Agus. "Waktu kejadian itu benar-benar gelap gulita, jadi anak saya masih ingat itu."

Di tengah penantian relokasi, terselip kekhawatiran pada keluarga Agus akan lahan hunian yang akan mereka tempati.

Jarak lahan relokasi dianggap masih terlalu dekat dengan Gunung Semeru. Hal ini menjadi poin keberatan warga terdampak lainnya.

Baca juga: Perjuangan Nur Hasanah Putar Otak Demi Penuhi Kehidupan Keluarga Pascaerupsi Gunung Semeru

"Desa saya di Kajar Kuning dekat gunung, dipindahkan ke Sumbermujur dekat gunung juga," kata seorang warga Kecamatan Candipuro bernama Imam Hudori.

"Kalau saya tergantung di mana tempatnya, kalau tempatnya dekat dengan gunung ya kita menolak," kata Susiati, warga Candipuro kepada wartawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Meski demikian banyak pula warga yang menerima lahan relokasi dan siap untuk pindah segera.

BNPB meyakini bahwa lokasi lahan yang dipilih untuk relokasi adalah yang terbaik dari segi kemanan. Dan hal itu adalah pertimbangan yang utama.

Baca juga: QNET Salurkan Bantuan Makanan untuk Korban Erupsi Gunung Semeru Lumajang

Bupati Lumajang Thoriqul Haq saat meninjau tempat relokasi di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro Kompas.com/Dokumentasi Diskominfo Lumajang Bupati Lumajang Thoriqul Haq saat meninjau tempat relokasi di Desa Sumbermujur Kecamatan Candipuro
"BNPB, BPBD, sudah overlay, baik dengan [peta] kawasan bencana yang lama, dengan yang resiko bencana yang baru. Hasil dari pemetaan awan panas guguran kemarin, kita sudah lihat yang di Sumbermujur, yang 81 hektare, itu di luar daerah berpotensi terdampak kawasan bencana gunung api," kata Abdul Muhari BNPB.

Pihaknya mengimbau agar pengungsi bersedia direlokasi, karena area yang terdampak langsung erupsi Semeru akan terdampak lagi di masa depan.

Pendapat ini senada dengan pandangan pakar vulkanologi Surono.

"Bicara mengenai bencana, apalagi menyangkut relokasi, harus satu komando, satu aturan dan satu keputusan. Tidak ada yang boleh membantah," kata Surono pada BBC News Indonesia lewat sambungan Zoom.

Baca juga: Hendak Kirim Bantuan kepada Korban Erupsi Semeru, Rombongan Polisi Bantu Korban Kecelakaan

"Ini demi nyawa lho."

Tapi lebih lanjut menurut Surono, pentingnya tata ruang di wilayah rawan bencana seharusnya disadari sebelum bencana terjadi.

"Kalau mitigasi identik dengan menteri datang, pejabat datang, para donatur datang, membawa makanan dan sebagainya, ya sudah lah. Saya speechless," lanjut Surono.

Mitigasi bencana yang dimaksud Surono, adalah langkah untuk meminimalisir korban jiwa dan harta benda di area rawan bencana, salah satunya dengan menjauhkan pemukiman penduduk.

Baca juga: Soal Syuting Sinetron di Pengungsian Semeru, Bupati: Ada Pengajuan, tetapi Izin Tak Dikeluarkan

Tidak hanya di wilayah gunung api saja, tapi juga area rawan bencana lainnya, seperti longsor, banjir, dan bencana-bencana lain akibat perubahan iklim.

Strategi mitigasi bencana menurut Surono sangat penting untuk dijadikan prioritas oleh pemerintah pusat maupun daerah karena Indonesia yang dilanda beragam bencana setiap tahunnya.

"Apa harus ribut dulu, mencari siapa yang salah?" kata Surono mengungkapkan kegelisahannya.

"Ribut kalau sudah terjadi, tidak ada artinya. Ribut itu sebelum terjadi. Mari kita atasi ini."

Wartawan Tutus Sugiarto dan Juli Rokhmad turut berkontribusi untuk artikel ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com