Menurut BNPB, pendataan detil kepala keluarga yang akan direlokasi masih berjalan. Pembersihan lahan di kedua tempat juga telah berjalan secara bertahap dan hampir selesai.
Selain itu, jaringan listrik juga tengah dibangun oleh PLN. Khususnya di lokasi Sumbermujur.
Namun kapan pastinya warga bisa pindah ke hunian sementara, BNPB tidak bisa memberi jaminan.
Baca juga: Banjir Lahar Dingin Semeru, Jembatan Antardesa di Lumajang Putus
"Karena situasi [di lapangan] kita tidak bisa membuat suatu timeline yang robust dan rigid karena aktivitas gunung api masih cukup aktif," kata Abdul Muhari Plt. Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB.
"Untuk mobilisasi material bisa terjadi gangguan. Jangan lupa, bulan depan sampai Februari itu kita di puncak La-Nina dan puncak musim hujan," tambah Abdul.
"Jadi banyak hal-hal yang memang harus kita pertimbangkan, sehingga tidak serta merta memberikan estimasi waktu pada masyarakat yang ada di pengungsian."
Meski demikian, BNPB meyakinkan bahwa kebutuhan warga selama mengungsi akan tetap terpenuhi.
Baca juga: 2 Warga Terjebak Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru, Begini Kondisinya
Di saat bersamaan, dana material, dan peralatan untuk membuat hunian sementara telah siap di lapangan.
Saat ini fase tanggap darurat di Semeru telah selesai, dan sekarang berada di fase transisi darurat.
"Tunggu dulu sebentar di situ, biarkan pemerintah daerah bekerja secara optimal, secepat mungkin nanti huntara ini disiapkan," kata Abdul.
"Ketika kita bicara relokasi, itu bukan hanya memindahkan manusia, itu memindahkan hidup dan penghidupan," kata Abdul.
Baca juga: 2 Jenazah Ditemukan di Dalam Truk, Diduga Anak dan Bapak Korban Letusan Gunung Semeru
Proyek hunian sementara ditangani oleh BNPB. Sementara proyek hunian tetap akan dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Menurut Abdul, proyek huntara menggunakan anggaran yang sudah didonasikan oleh masyarakat, melalui rekening Baznas.
Dari sekitar 80 hektare lahan yang tersedia, sekitar 40 hektare akan dibangun perumahan, dan 40 hektare sisanya akan dibangun fasilitas umum dan fasilitas sosial.
Kemungkinan untuk menyediakan lahan garapan bagi pengungsi juga kini tengah dipertimbangkan. Hal ini bergantung pada ketersediaan dan keamanan lokasi lahan dari guguran awan panas Semeru.
Baca juga: Gunung Semeru Kembali Luncurkan Awan Panas Guguran Sejauh 5 Km
Pada Rabu (5/1/2022), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa mengunjungi lahan relokasi dan ia memberikan estimasi kapan huntara bisa selesai dibangun.
"Perkiraan Dandim [Komandan Distrik Militer] sebagai satgas di sini dan pak bupati, huntara kemungkinan dalam satu bulan selesai," kata Khofifah di lapangan.
"Mungkin akan ada yang support untuk kebutuhan rumah tangga, mereka masuk rumah sudah ada isinya."
Baca juga: 3 Jenazah Korban Erupsi Gunung Semeru Belum Teridentifikasi
Bahkan karena merasa betah dan aman mendiami wilayah itu, Agus memutuskan untuk membeli lahan di seberang sungai Besuk Sat yang ia tinggali bersama istri dan dua anaknya yang berusia 10 tahun dan 6 tahun.
Menurutnya, selama ia tinggal di wilayah itu, ia tidak pernah mendapat peringatan apapun mengenai bahayanya maupun informasi dan edukasi evakuasi jika terjadi bencana.
Saat erupsi berlangsung pada awal Desember lalu, istri Agus, Leni Marlina sempat mengambil video.
Baca juga: Rombongan Relawan Erupsi Semeru Kecelakaan di Tol Gempol - Pasuruan, 1 Penumpang Tewas
Saat ia melihat kepulan awan berubah menjadi gelap dan abu berguguran dari langit, barulah ia merasa bahwa ada bahaya yang mengancam.
Ia menyelamatkan anak-anaknya, mengumpulkan surat-surat berharga, dan masuk ke dalam kendaraan bersama suaminya.