BREBES, KOMPAS.com - Ainu Rofiq, pemulung asal Desa Pasarbatang, Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, ternyata sangat ingin sekolah.
Bahkan bocah berusia berusia 8 tahun yang sudah berusia sekolah dasar (SD) ini bercita-cita kelak menjadi polisi untuk bisa membahagiakan ibu, nenek, dan adik-adiknya.
"Mau sekolah biar jadi polisi," kata Rofiq singkat, saat kedatangan Danramil 01 Brebes, Kapten Infanteri Kunpriyanto dan Lurah Brebes Slamet Riyadi yang datang memberikan bantuan, Jumat (7/1/2022).
Baca juga: Kisah Bocah Pemulung di Brebes, Tak Punya Biaya untuk Sekolah
Kedatangan Danramil mewakili Komandan Kodim 0713 Brebes Letkol Ahmad Haikal Sofyan untuk memberikan bantuan berupa beras, mi instan, dan uang.
"Kita memberikan sedikit bantuan beras 25 Kg dan 1 dus mi instan untuk sekadar meringankan beban hidup keluarga Ibu April. Sementara uang santunan untuk menambah tabungan Ainu buat sekolah besok,” kata Kunpriyanto.
Diketahui Rofiq setiap hari membantu ibunya, April Triana (27), memulung barang bekas untuk kebutuhan sehari-hari dan sebagian disisihkan dan ditabung untuk biaya masuk sekolah SD tahun ini.
Sampai dengan usianya sekarang, bocah pemulung itu belum pernah mengenyam bangku pendidikan, baik itu PAUD maupun TK.
Ketua RW setempat, Ahmad Baidowi, mengungkapkan, warganya itu sehari-hari menghabiskan waktunya bukan untuk bermain, melainkan berkeliling sambil menenteng karung plastik guna mengumpulkan botol-botol plastik dan barang bekas lainnya untuk menyambung hidup keluarganya.
Baca juga: Akhir Tragis Pemulung Cabul di Bekasi, Kabur Saat Akan Dibui, tetapi Malah Bertemu Maut
Bahkan, bocah itu sering berjalan jauh agar mendapatkan lebih banyak barang barang bekas. Rofiq biasanya pulang menjelang Dzuhur, kemudian membongkar isi karung dan menyerahkannya kepada neneknya untuk dijual ke pengepul.
“Setelah pulang bekerja memulung, ananda Rofiq juga membantu ibunya untuk mengasuh kedua adiknya,” kata Baidowi.
Baidowi mengatakan, ayah Rofiq, Supriyandi (31), pergi merantau sejak ibu Rofiq mengandung adiknya dan belum pulang hingga sekarang.
Baca juga: Pemulung di Bekasi Bekap dan Cabuli Remaja di Toilet Umum, Korban Diberi Rp 2.000
“Supriyandi pada saat April sedang mengandung anak ketiga pergi merantau ke Jakarta, dan tidak pernah pulang hingga saat ini. Jadi sepeninggal kepala keluarga maka seluruh beban hidup keluarga ditanggung April dibantu Ainu hanya dari hasil memulung,” katanya.
Dalam sehari, terkadang April dan Ainu Rofiq mendapatkan uang senilai Rp 10.000-Rp 20.000 dari penjualan hasil memulung. Penghasilan yang mereka dapatkan itu terkadang belum mampu disisihkan untuk persiapan sekolah.
Baidowi juga menjelaskan bahwa keluarga April tergolong miskin ekstrem dan belum pernah tersentuh bantuan, baik itu PKH, bansos, maupun program bantuan lainnya. “Sudah beberapa kali kita ajukan, namun belum pernah dapat,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.