BLITAR, KOMPAS.com - Perasaan kakak adik, Joni (28) dan Yuna (19), warga Desa Bumirejo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar, sudah tidak enak ketika bangun tidur menjelang pukul lima pagi, Selasa (4/1/2022).
Sekitar 450 ekor bebek di tiga kandang di belakang rumah mereka biasanya sudah mengeluarkan suara gaduh sejak subuh.
Suara ratusan bebek itu akan semakin keras saat Joni dan Yuna mendekati kandang dengan ember penuh makanan unggas di tangan mereka.
Tepat pukul 5 pagi, keduanya akan menuangkan pakan di salah satu sisi kandang di mana unggas-unggas itu segera berkerumun berebut makan. Pada saat itu, mereka akan leluasa memunguti telur biru yang bergelimpangan di dalam kandang.
Tapi pagi itu, ada yang janggal dari kandang itu. Suara unggas mereka tidak lagi bersahut-sahutan tanpa jeda seperti biasanya.
"Saya lihat kandang pertama yang isinya sekitar 100 ekor tapi hanya ada beberapa puluh ekor. Saya berpikir ada pencuri yang nyolong bebek saya," kata Joni saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Jumat (7/1/2022) sore.
Dengan perasaan kacau, Joni memeriksa kandang kedua dan mendapati kandang sudah kosong melompong. Begitu juga kandang ketiga, tidak ada seekor pun bebek di sana.
"Kandang ketiga itu isinya 280 ekor dan baru saja mulai memasuki puncak produktivitas bertelur," tuturnya.
Baca juga: Uji Coba Lancar, PTM 100 Persen di Blitar Bakal Digelar Tanpa Sif
Joni mengaku belum tahu persis berapa jumlah bebek miliknya dan milik adik perempuannya yang raib digondol maling. Namun, total bebek yang hilang berjumlah 350 ekor.
"Saya masih malas menghitung berapa ekor yang disisakan maling itu. Mungkin sekitar 30 ekor. Padahal total bebek kami 450-an ekor," ujarnya.
Jika 400 ekor yang dicuri, paling sedikit Joni dan Yuna menanggung kerugian sebesar Rp 32 juta. Sebab, bebek usia enam bulan yang mulai memasuki masa bertelur dibeli seharga Rp 80.000 per ekor.
Ditambah biaya pakan yang selama ini mereka keluarkan, maka total kerugian yang mereka tanggung mencapai lebih dari Rp 45 juta.
Tabungan 1,5 tahun
Joni dan Yuna, anak dari pasangan petani Wagito dan Sri Mudiarti, sudah mulai memelihara bebek sejak 1,5 tahun lalu.
Awalnya masing-masing dari keduanya hanya memelihara kurang dari 50 ekor bebek usia enam bulan.
Pada usia ini, bebek mulai bertelur hingga memasuki usia delapan bulan. Dalam dua bulan ke depan, unggas itu akan mulai memasuki puncak produktivitas bertelur.