KOMPAS.com - Sumarni, ibu empat anak asal Desa Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat harus keluar dari pekerjaannya di salah satu rumah makan.
Ia melakukan hal tersebut karena harus merawat salah satu anaknya, MF (15) yang koma dan cacat fisik karena dikeroyok sejumah warga.
Namun ia kecewa saat tahu para pelaku pengeroyokan anaknya dibebaskan.
Baca juga: Pengeroyok Anaknya hingga Koma Dibebaskan, Sumarni Menangis Sesenggukan Minta Keadilan Polisi
Sumarni bercerita anaknya dikeroyok pada November 2021 di wilayah Topoyo.
Akibat pengeroyokan tersebut, anaknya berbaring tak berdaya di tempat tidur. Ia mengalami luka parah dan harus menjalani operasi ganti batok kepala.
Sebulan setealah operasi, kondisi MF tak kunjung sembuh. Bahkan MF sempat koma dan kehilangan kesadaran selama 11 hari.
Setelah Sumarni keluar dari pekerjaan, tulang punggung keluarga beralih ke anak pertamanya.
Baca juga: 4 Pekerja Masjid Agung di Suhada Mamuju Tertimpa Reruntuhan, Dua Masih Terjebak
Putra sulungnya harus berkerja keras untuk kebutuhan keluarga dan membayar biaya pengobatan adiknya.
Sumarni berharap, kasus yang menimpa anaknya bisa ditangani polisi secara profesional.
“Sebagai masyarakat kecil, saya berharap kasus yang menimpa anak saya ini bisa diselesaikan polisi. Saya berharap bisa menghukum pelaku seadil-adilnya. Anak saya kini masih terbaring lemas dan sudah cacat seumur hidup, sementara kasusnya hingga kini belum ada perkembangannya,” tutur Sumarni, saat ditemui wartawan di rumahnya, Minggu (2/1/2022).
Baca juga: RS Bhayangkara Mamuju Sulbar Terendam Rob, Pasien Mengungsi ke RS Lain
Sementara Kasat Reskrim Polres Mamuju Tengah, AKP Argo Pongki Atmojo mengakui jika dua pelaku pengeroyokan MF dibebaskan.
Menurutnya dua pelaku yang melakukan pengeroyokan terhadap korbanvsempat ditahan polisi.
Namun, keduanya dibebaskan karena alasan polisi belum sempat memeriksa para saksi-saksi, termasuk tiga teman korban saat insiden pengeroyokan terjadi.
“Kenapa saya bebaskan dua pelakunya kemarin, karena saya belum periksa saksi-saksi,” kata Argo.
Baca juga: Cerita Haru Kakek Beddu di Mamuju Tengah, Punguti Ceceran Beras di Jalan untuk Dikonsumsi
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Junaedi | Editor : Robertus Belarminus)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.