Indra mengatakan bahwa tempat tinggalnya dekat dengan Gunung Merapi.
Jaraknya sekitar 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Gunung Merapi dianggap sebagai orang tua, yang hidup, dan mempunyai nafas.
Saat Gunung Merapi aktivitasnya meningkat, warga masyarakat memaknai jika "eyang" sedang mempunyai hajat.
Tidak hanya di desanya, tetapi lereng Gunung Merapi sisi selatan juga mempunyai kearifan lokal yang sama.
Ketiga merapi meletus dimaknai Merapi sedang punya "gawe".
"Memaknai itu artinya, kalau orang dekat pasti paham. Simbah lagi punya hajat atau punya gawe. Nah, gawenya arep metu ngendi, apakah metu kulon atau kidul? tandane opo," ujar dia.
Tanda-tanda erupsi Gunung Merapi bisa datang lewat mimpi.
Salah satunya, pengalaman yang dialami mertuanya pada 1994. Saat itu, mertuanya mendapat tanda erupsi Gunung Merapi melalui mimpi dari seseorang.
Orang itu menyampaikan pesan kepada ayah mertuanya melalui bahasa Jawa.
Baca juga: Di Balik Erupsi Gunung Berapi, Ada Tanah Subur Menanti
Pesan itu kurang lebih memberitahukan bahwa sekitar 10.30 WIB, Eyang Sapu Jagat Merapi mau sowan ke Nyo Roro Kidul melalui Sungai Boyong.
Orang itu meminta agar masyarakat menyingkir terlebih dahulu.
"Artinya dari pesan itu, guguran kubah lava itu bisa mengarah ke Sungai Boyong, nah supaya selamat bergeser ke arah barat dahulu," ujar dia.
Hanya memang, informasi-informasi yang bersifat kearifan lokal itu perlu ada yang menterjemahkan sehingga bisa diterima masyarakat.
Mitigasi ini perlu dilakukan mengingat bahaya erupsi gunung berapi, tidak hanya awan panas melainkan juga kandungan racunnya.