Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Perubahan Besar di Balik Aksi Anak Muda Bantu Lindungi Remaja dengan Edukasi Seksual di NTT

Kompas.com - 30/12/2021, 15:12 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

KUPANG, KOMPAS.com – Waktu sudah menunjukkan pukul 17.57 Wita, saat Mariana Yunita Hendriyani Opat, 29, tampak berulang kali mendekatkan wajahnya ke layar handphone, Sabtu (23/10/2021).

Tak berselang lama, dia mulai berbicara dengan mengarahkan pandangan fokus ke arah kamera.

Tata, begitu Mariana akrab disapa, saat itu tengah memerankan diri sebagai moderator dalam acara diskusi yang diadakan secara daring lewat layanan live Instagram.

Diskusi itu diselenggarakan oleh Youth Community Tenggara sebagai bagian dari program Bacarita Kespro.

Tenggara sendiri adalah komunitas yang didirikan Tata bersama salah seorang rekannya pada 30 Agustus 2016.

Tenggara dibentuk dengan fokus mengawal isu hak kesehatan seksual dan reproduk anak dan remaja di NTT.

Setelah menyapa lebih kurang 20 pengguna akun Instagram yang telah bergabung, perempuan asal Kiupukan, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), NTT itu pun giliran memersilakan dua orang narasumber untuk memberi materi.

Diskusi saat itu diarahkan untuk membahas tema “Akses Layanan Kesehatan Mental di Kota Kupang”.

Hadir sebagai narasumber adalah Ima Kulata yang bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit di Kota Kupang, dan Agnestiani Mbeo yang merupakan seorang konselor kesehatan mental di NTT.

Baca juga: Ini Usia Ideal Anak Mulai Diberikan Pendidikan Seks

Tata menyebut, tema tersebut dipilih karena tidak bisa dipungkiri bahwa pasti ada di antara anak muda atau remaja di Kota Kupang khususnya atau di NTT pada umumnya yang memiliki masalah dengan kesehatan mental.

Masalah tersebut bisa jadi muncul akibat adanya masalah dengan pasangan, persoalan di sekolah, termasuk dampak kekerasan seksual yang pernah dialami.

Tenggara ingin membantu anak muda atau remaja yang mungkin masih bingung mau melakukan apa atau harus ke mana ketika merasa mengalami stres, depresi, atau bahkan ingin bunuh diri.

“Teman-teman pernah punya masalah enggak sih dengan akses layanan kesehatan mental? Kalau ada, boleh komen ya. Selama proses Bacarita Kespro, teman-teman sangat boleh bertanya ke narasumber,” ujar Tata mengawali diskusi yang disiarkan lewat akun Instagram @Tenggarantt.

Pandemi Covid-19 nyatanya tak menyurutkan semangat Tata bersama rekan-rekannya di komunitas Tenggara untuk tetap menjangkau anak-anak dan remaja dari berbagai daerah di NTT.

Tak habis akal, ketika wabah menuntut siapa saja harus menjaga jarak, Tenggara lantas memanfaatkan media sosial (medsos) untuk menggelar Bacarita Kespro.

Tenggara juga beberapa kali telah berhasil menggelar webinar dengan membuka peserta dari muda-mudi NTT.

Sebelumnya, Tata dan bersama kawan-kawannya di Tenggara selalu turun ke lapangan untuk memberikan pendidikan seksual.

Saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (28/12/2021), Tata merasa perjuangannya masih panjang untuk bisa membantu anak-anak di NTT lebih paham akan hak kesehatan seksual dan reproduksi.

Dia pun tak ingin berhenti begitu saja bergerak karena pandemi melanda.

Faktanya, Tata mendapati angka kekerasan dalam rumah tangga yang dialami perempuan dan anak di NTT justru naik selama pandemi.

Menukil data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak (DP3A) NTT, dia menyebut, kasus kekerasan dalam rumah tangga yang terjadi selama pandemi tahun 2020 naik jadi 564 kasus. Jumlah ini baru mencakup kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan.

Baca juga: Kenalkan Pendidikan Seks pada Anak Melalui Lagu Lindungi Diri

Padahal kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak tetap diyakini merupakan fenomena gunung es. Artinya, kasus yang sebenarnya terjadi, dipercaya jauh lebih banyak.

“Angka itu pun belum termasuk angka kasus kekerasan dalam pacaran, kekerasan di lembaga pendidikan, tempat kerja, dan di tempat umum,” ungkap Tata.

Bagi Tata, pandemi hanyalah tantangan baru yang harus dihadapi dan ditaklukkan.

Sudah ada banyak persoalan lain yang lebih dulu datang dan berhasil dia lewati dalam upayanya memberikan pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja di NTT.

“Advokasi harus jalan terus. Kami ingin bisa ikut berkontribusi menekan angka kasus kekerasan seksual terhadap anak di NTT,” ucap dia.

Selain memberikan pendidikan seks, Tenggara kini mulai membuka layanan aduan yang bisa diakses oleh remaja atau anak muda korban kekerasan seksual.

“Kami sudah bekerja sama juga dengan LBH yang dapat membantu dalam mengadvokasi kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak dan perempuan,” jelas Tata.

Pendidikan seks dan upaya mencegah kekerasan seksual

Anak-anak di Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah mengikuti edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi bersama Mariana Yunita Hendriyani Opat (berkacamata) yang diadakan oleh Komunitas Tenggara sebelum pandemi Covid-19 melanda.
Mariana Yunita Hendriyani Opat Anak-anak di Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah mengikuti edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi bersama Mariana Yunita Hendriyani Opat (berkacamata) yang diadakan oleh Komunitas Tenggara sebelum pandemi Covid-19 melanda.

"Saya pernah mengalami pelecehan seksual saat kecil dan saya tidak mau ada korban lagi!" Demikian seru Tata saat disinggung soal tujuannya mendirikan Youth Community Tenggara lima tahun silam.

Dia tak ingin anak-anak di NTT kehilangan senyuman mereka karena menjadi korban kekerasan seksual.

Lewat Tenggara, dia ingin mengajak para generasi muda di kawasan NTT untuk bergerak bersama memberikan edukasi tentang hak kesehatan seksual dan reproduksi kepada anak-anak dan remaja.

Tata yakin dengan dibekali pendidikan seks, anak-anak dan remaja akan semakin tahu bagaimana caranya melindungi diri dari tindak kekerasan seksual.

“Bukan saja sebagai korban, tapi anak-anak diharapkan tidak juga menjadi pelaku (kekerasan seksual),” ucap dia.

Tata memandang, pendidikan seks sangat penting untuk dibicarakan di kalangan anak-anak dan remaja.

Menurut dia, banyak orang tua mungkin melihat isu hak kesehatan dan reproduksi adalah isu yang sederhana sekali.

Beberapa orang tua bahkan masih menganggap tabu atau tidak patut membicarakan soal kesehatan seksual dan reproduksi.

Tata sendiri pernah bertemu dengan beberapa orang tua dan pendamping komunitas anak yang memandang pendidikan seks sama saja seperti mengajarkan pornografi.

Baca juga: Cara Tepat Mengajari Anak Bahaya Pornografi

Mereka beranggapan anak-anak pasti akan mengetahui sendiri tentang hak kesehatan dan reproduksi ketika sudah berajak dewasa.

“Padahal kan belum tentu demikian. Pendidikan seks sebaiknya diberikan sejak dini untuk membantu anak-anak menyiapkan masa depan dengan lebih baik,” pendapat dia.

Beruntungnya, Tata bercerita jika hampir semua orang tua maupun pendamping anak yang ditemui anggota komunitas Tenggara mau terbuka atau mau diajak bekerja sama setelah dilakukan pendekatan.

Beberapa orang tua bahkan menyampaikan kesanggupan untuk mulai terlibat aktif dalam melakukan edukasi hak kesehatan seksual dan reproduksi di rumah kepada anak-anak mereka.

“Kami pokoknya tak mau gampang menyerah. Bagaimana pun juga, orang tua adalah pendidik utama dalam masalah seksualitas bagi anak-anak,” tutur dia.

Menurut Tata, ada banyak sekali manfaat yang bisa diraih ketika para orang tua mau dan mampu memberikan pendidikan seks kepada anak.

Yang jelas, masing-masing orang tua bisa menjadi lebih dekat dengan sang anak.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Mereka yang Pergi dan Datang di Balik Kemegahan IKN

Mereka yang Pergi dan Datang di Balik Kemegahan IKN

Regional
Harga Daging Sapi di Pasar Kebumen Naik Jelang Idul Fitri

Harga Daging Sapi di Pasar Kebumen Naik Jelang Idul Fitri

Regional
Penerimaan Bintara Polisi di Papua, Ada Kuota Khusus untuk Anak Kepala Suku

Penerimaan Bintara Polisi di Papua, Ada Kuota Khusus untuk Anak Kepala Suku

Regional
Terungkap Asal Puluhan Senjata Api di Bandung, Dititipi Suami yang Ditahan di Lapas Cipinang

Terungkap Asal Puluhan Senjata Api di Bandung, Dititipi Suami yang Ditahan di Lapas Cipinang

Regional
Pesta Sabu dengan Temannya, Caleg Gagal Asal Pati Diringkus Polisi

Pesta Sabu dengan Temannya, Caleg Gagal Asal Pati Diringkus Polisi

Regional
Banjir Demak Berangsur Surut, Ribuan Orang Tinggalkan Pos Pengungsian

Banjir Demak Berangsur Surut, Ribuan Orang Tinggalkan Pos Pengungsian

Regional
Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Kualitas Rendah, Beras Lokal di Kebumen Kurang Diminati meski Harganya Turun

Regional
Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Diduga Hendak Perang Sarung, Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi

Regional
SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

SPBU di Jalan Utama Kabupaten Semarang Diperiksa untuk Mencegah Kecurangan

Regional
Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Peringati Jumat Agung, Remaja di Magelang Rasakan Penyaliban Yesus

Regional
Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Aktivitas Gunung Marapi Meningkat, Wagub Audy Minta Warga Waspada

Regional
Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Jalan Rusak Pasca Banjir di Demak Ditargetkan Rampung Sebelum Lebaran

Regional
Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Sebelum Bunuh Mantan Anak Buah, Bos Madu di Banten Konsumsi 10 Pil Koplo

Regional
Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Depresi Hamil di Luar Nikah, Remaja Putri di Jepara Bekap dan Buang Bayinya ke Sungai

Regional
Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Harvey Moeis Jadi Tersangka, Kasus Bermula dari Anjloknya Ekspor PT Timah Tbk

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com