Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Perubahan Besar di Balik Aksi Anak Muda Bantu Lindungi Remaja dengan Edukasi Seksual di NTT

Kompas.com - 30/12/2021, 15:12 WIB
Irawan Sapto Adhi,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

Jadi, apabila anak-anak punya masalah, orang tua lah yang akan dicari pertama kali untuk diajak bicara atau dimintai pendapat.

“Hal ini tentu baik untuk meminimalisir anak-anak mendapatkan tanggapan atau informasi yang salah dari luar,” terang dia.

Lebih jauh, Tata meyakini, komunikasi yang terjalin baik antara orang tua dan anak-anak dapat membantu anak-anak menghindari perilaku seksual yang berisiko setelah mulai bergaul dengan teman-teman atau terjun ke lingkungan sosial.

Selama di lapangan, Tata pun banyak mendapati remaja yang tidak merima pemahaman dari orang tua, misalnya terkait bagaimana mereka harus menghadapi pubertas.

“Ketika kami buka sharing di sejumlah tempat, ternyata banyak adik-adik mengaku kaget ketika mengetahui menstruasi ada darah. Terus yang laki-laki bingung, bangun tidur kok kaya ngompol,” tutur dia.

Tata bahkan pernah menemukan ada beberapa anak remaja yang sudah melakukan aktivitas seks seperti masturbasi atau menggesekkan alat kelamin dengan pasangan (petting) tanpa banyak tahu risikonya.

Dari sini, dia melih pemberian informasi atau edukasi terkait kesehatan seksual dan reproduksi penting untuk anak-anak dan remaja guna mengenalkan tubuh mereka.

“Setelah mengenal, adik-adik diharapkan bisa menjaga tubuhnya. Nah, ini bisa berdampak terus sampai adik-adik misalnya tahu harus menjaga diri ketika ada orang tidak dikenal mau sentuh tubuh mereka,” jelas Tata.

Jadi, pendidikan seks bisa membantu anak-anak dan remaja untuk mengerti perubahan fisik yang terjadi selama pubertas dan mengajarkan bagaimana merawat tubuh, termasuk memahami consent (persetujuan) dan mencegah kekerasan seksual.

Tak hanya itu, Tata mengungkap, pendidikan seks penting diberikan agar anak remaja dapat menyikapi mitos dan kesalahan informasi seputar kespro, mengatur hubungan, perubahan emosional, dan sosial, serta menghindari hal-hal terkait dengan risiko perilaku seks, seperti hamil di luar nikah, dan mencegah penyakit menular seksual (PMS) maupun HIV/AIDS.

“Itu mengapa juga pendidikan seks bisa dibilang sebagai cikal bakal pendidikan berkeluarga yang memiliki makna sangat penting,” tutur dia.

Baca juga: Susah Payah Transpuan Terhimpit di Pusaran HIV/AIDS dan Covid-19

Tata bersama Tenggara sendiri pernah melakukan survei soal tingkat pengetahuan kesehatan reproduksi remaja di NTT pada 2017.

Hasilnya, sebagian besar dari 500-an remaja yang dimintai pandangan tidak memiliki akses terhadap sumber informasi pendidikan seksual dan komunitas untuk menceritakan persoalan pendidikan seksual.

“Kami melihat angka ini sejalan dengan kasus pelecehan seksual yang masih kerap terjadi atau kehamilan di luar nikah pada kalangan remaja di NTT,” kata Tata.

Lewat “Bacarita Kespro

Pada 2016 lalu, Tata semakin mantap mendirikan Tenggara setelah melihat belum adanya komunitas yang dibentuk dari remaja dan untuk remaja di Kota Kupang yang fokus dalam mengadvokasi isu hak kesehatan seksual dan reproduksi.

Dia berharap Tenggara bisa menjadi pusat informasi dan layanan terkait persoalan ini.

“Terlebih saat itu angka kasus kekerasan terhadap anak di NTT juga tinggi. Anak muda harus bisa bantu anak muda,” ujar Tata.

Dari keinginan itulah program Bacarita Kespro kemudian dilahirkan.

Bacarita Krespro menjadi program edukasi kesehatan reproduksi dari Tenggara.

Bacarita diambil dari bahasa Melayu Kupang yang berarti bercerita. Sedangkan Kespro adalah singkatan dari kesehatan reproduksi.

Jadi, Bacarita Kespro adalah kegiatan bercerita tentang kesehatan reproduksi.

Baik sebelum maupun setelah pandemi, program ini biasanya diadakan Tenggara setiap Sabtu, meski tidak menutup kemungkinan bisa juga dilakukan pada hari lain.

Tata menyampaikan, dalam menjalankan program edukasi Bacarita Kespro, Tenggara memiliki sasaran kunci.

Target utamanya adalah remaja berusia 10 sampai 24 tahun yang berasal dari kelompok poor (miskin), marginal (terpinggirkan), social excluded (dikeluarkan dari lingkungan sosial), dan underserved (tak terlayani) atau disingkat PMSEU.

Mengapa begitu? Tata melihat, dari tahun ke tahun, lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang hadir di NTT sudah mulai merambah dunia sekolah untuk berbagai isu kesehatan seksual dan repdosuksi.

Sementara, anak-anak yang tidak bersekolah, remaja yang putus sekolah, remaja yang dikeluarkan karena hamil di luar nikah, remaja yang aktif di komunitas di luar sekolah, ataupun remaja di tempat-tempat ibadah dirasa belum banyak mendapatkan informasi terkait hak kesehatan seksual dan reproduksi.

Baca juga: Sejumlah Muslim Australia Menganggap Pendidikan Seks Sangat Penting

“Oleh sebab itu, Tenggara mantap memilih untuk fokus berbagi pada anak-anak PMSEU,” terang Tata.

Demi bisa bertemu langsung anak-anak tersebut sebelum pandemi, Tata pun rela menjelajah ke desa-desa, berbagai kota, dan bahkan menyeberang laut menyambangi pulau-pulau di sekitar NTT.

Tidak jarang, dia bahkan rela merogoh kocek sendiri agar bisa pergi ke sejumlah daerah memberikan pendidikan seks.

Ketika sudah berhasil menemui anak-anak, Tata akan mengajak mereka berdiskusi banyak hal tentang hak kesehatan seksual dan produksi.

Ini termasuk soal materi kekerasan seksual, kehidupan remaja secara umum, pacaran yang sehat, mencegah kehamilan, pubertas, haid, mimpi basah, dan lain sebagainya.

Sementara, anak-anak yang lebih kecil akan diberikan metode khusus tentang mengenal tubuh.

Alumnus kedokteran hewan Universitas Nusa Cendana itu biasanya akan menggunakan alat peraga untuk menjelaskan hal tersebut kepada anak-anak.

Dalam memberikan edukasi, Tata dan sukarelawan lain di Tenggara memang seringkali akan lebih dulu menyiapkan bahan ajar.

Selain boneka untuk menunjukkan anatomi tubuh, beberapa alat peraga yang kerap digunakan Tata dan teman-temanya adalah permainan ular tangga edukasi dari bahan spanduk dan kertas tebak mitos atau fakta seputar seks.

“Kami ingin membawakan informasi terkait kesehatan reproduksi ini dengan cara yang semenarik mungkin dan ‘dekat’ dengan adik-adik. Komunikasi yang berjalan harus dua arah,” ungkap dia.

Selain menyiapkan alat peraga, sukarelawan Tenggara biasanya akan lebih dulu mengumpulkan data mengenai latar belakang anak-anak sebelum memulai forum Bacarita Kespro.

Hal ini dilakukan karena Tenggara tidak mau asal memberikan informasi.

Edukasi yang disajikan Tenggara harus kontekstual dengan masalah ataupun budaya yang berkembang di lingkungan masing-masing anak atau remaja.

Hal itu juga masih dilakukan Tenggara saat ini saat menggelar Bacarita Kespro secara online lewat Instagram atau Zoom.

“Jadi kami memetakan masalahnya dulu. Kami ingin informasi yang diberikan betul-betul yang dibutuhkan oleh adik-adik dan jangan sampai salah bicara,” tutur dia.

Tak hanya itu, Tata juga memberikan standar kualitas bagi sukarelawan Tenggara yang hendak menjadi fasilitator dalam Bacarita Kespro.

Di mana, siapa saja yang akan menjadi pemantik forum harus bersedia mempersiapkan diri sejak seminggu sebelum kegiatan.

Semuanya wajib membaca modul dan berlatih manajemen forum agar bisa membawakan materi dengan baik untuk anak-anak atau peserta edukasi.

Baca juga: Alasan Pendidikan Seks Bantu Indonesia Akhiri HIV/AIDS 2030

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

[POPULER REGIONAL] Rencana Satyalancana untuk Gibran dan Bobby | Demi Anak, Ayah Nekat Curi Susu

Regional
Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Kantor UPT Dishub di Pulau Sebatik Memprihatinkan, Tak Ada Perbaikan Sejak Diresmikan Menteri Harmoko

Regional
Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Pilkada Solo, PKS Lakukan Penjaringan Bakal Cawalkot dan Siap Berkoalisi

Regional
Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Pembangunan Tanggul Sungai Wulan Demak Pakai Tanah Pilihan

Regional
19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

19,5 Hektar Tanaman Jagung di Sumbawa Terserang Hama Busuk Batang

Regional
Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Golkar Jaring Bakal Calon Bupati Sleman, Ada Mantan Sekda dan Pengusaha Kuliner yang Ambil Formulir

Regional
Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Viral, Brio Merah Halangi Laju Ambulans, Pengemudi Berikan Penjelasan

Regional
Cemburu Pacarnya 'Di-booking', Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Cemburu Pacarnya "Di-booking", Warga Lampung Bacok Pria Paruh Baya

Regional
Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com