Penganiayaan yang dialami R terjadi sampai pukul 06.00 Wita.
"Saya jadi bulan-bulanan lebih dari sepuluh orang. Pukulan, tendangan saya terima. Saya hanya bisa melindungi muka dengan kedua tangan sampai bengkak bengkak membiru. Tidak ada artinya saya teriak minta ampun meski darah sudah keluar dari mulut dan hidung saat itu," ujarnya.
Kata R, ia sempat melarikan diri saat pintu dibuka, namun dikejar dan dianiaya lagi.
"Jam enam pagi pintu sempat terbuka, saya lari keluar masih dikejar. Begitu kedapatan, saya kembali dihajar, saya diinjak-injak, ada warga setempat yang melihat tapi tidak mau ikut campur karena mereka bilang bahwa mereka aparat polisi," ungkapnya.
Baca juga: Ibu di Muaraenim Mengaku Sudah 3 Kali Mengajak Anaknya Berhubungan Intim
S yang merasa kasihan kepada R kemudian mengantarkannya pulang ke rumah. Ia hanya meminta maaf kepada R karena tidak bisa membantu dan segera menuju Polres Nunukan untuk bertugas.
Atas kejadian yang dialaminya, R mengaku bingung kenapa dirinya disekap dan dianiaya beramai-ramai.
"Kalau pun bersalah, seharusnya diselesaikan di kantor polisi, apalagi lokasinya tidak jauh dari KSKP (Kepolisian Sektor Kawasan Pelabuhan). Sampai hari ini juga tidak ada permintaan maaf dari mereka, padahal kasusnya sudah diketahui pihak Polres Nunukan," sesal R.
Tak terima dengan kejadian itu, R kemudian melaporkan oknum polisi yang telah menganiayanya ke Propam Polres Nunukan.
"Keluarga membawa saya visum, dan melaporkan kejadian itu ke Propam Polres Nunukan," ujarnya.
(Penulis : Kontributor Nunukan, Ahmad Dzulviqor | Editor : Ardi Priyatno Utomo)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.