ACEH BARAT, KOMPAS.com – Pandemi Covid-19 tak menyurutkan semangat Rahmad Maulizar, 29, untuk tetap menjangkau anak-anak penderita bibir sumbing di berbagai daerah di Provinsi Aceh.
Setelah melihat situasinya memungkinkan, dia segera memutuskan untuk kembali turun ke lapangan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes) ketat mulai pertengahan 2020.
Nyatanya, selama pandemi, handphone Rahmad tak juga berhenti berdering menerima panggilan dari masyarakat yang ingin mendaftar operasi bibir sumbing gratis.
Pria kelahiran Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat, Aceh itu merupakan seorang pekerja sosial di Yayasan Smile Train Indonesia di Aceh.
Sejak 2010, dia sudah aktif menjadi sukarelawan yang bertugas mencari penderita bibir sumbing untuk bisa dioperasi secara gratis.
Selama mengunjungi daerah-daerah, Rahmad hampir selalu meninggalkan nomor teleponnya pada orang-orang yang ditemui.
Nomor teleponnya juga telah disebar melalui media sosial maupun lewat banyak stiker, kalender, dan spanduk yang memuat informasi program operasi bibir sumbing dari Smile Train.
Alih-alih terganggu, Rahmad justru bahagia saat ada yang mengabarkan ada warga yang ingin dioperasi.
Nomor teleponnya selalu dia aktifkan 24 jam sehari seperti layanan darurat.
“Ketika ada telepon masuk, saya sebisa mungkin akan langsung merespons dan secepatnya akan mendatangi mereka yang membutuhkan penanganan bibir sumbing,” kata dia saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (28/12/2021).
Baca juga: Kisah Dokter Jailani 5.000 Kali Operasi Bibir Sumbing Gratis, Berikan Senyuman Baru bagi Penderita
Namun, selama pandemi Covid-19, Rahmad memang harus meminta maaf kepada warga karena ada kemungkinan tak bisa menjadwalkan pelaksanaan operasi bibir sumbing lebih cepat dibandingkan sebelumnya.
Pasalnya, pengurus Yayasan Smile Train Indonesia dan tim dokter dengan terpaksa telah memutuskan untuk mengurangi kuota tindakan operasi bibir sumbing gratis demi keamanan bersama di tengah wabah virus corona.
Sebelum pandemi, sedikitnya ada 8-10 orang yang bisa mengikuti operasi bibir sumbing gratis di Rumah Sakit Umum (RSU) Malahayati, Banda Aceh, setiap pekan.
Sementara, selama pandemi ini, kuota pasien yang dapat menjalani operasi dibatasi jadi 5-6 orang per pekan.
Dengan begitu, antrean operasi sementara ini bisa jadi lebih panjang daripada sebelum pandemi.
“Sebenarnya masih ada banyak keluarga yang membutuhkan pertolongan. Tapi semuanya perlu disesuaikan karena pandemi,” ujar dia.
Rahmad mengaku memahami betul keinginan para penderita bibir sumbing maupun para orang tua yang memiliki anak dengan bibir sumbing untuk bisa mendapatkan penanganan sesegera mungkin.
Bagaimana tidak, dirinya juga terlahir dengan bibir sumbing. Dengan kondisi bawaan itu, dia pernah merasakan sendiri sejumlah ketidaknyamanan dalam hidup.
Oleh sebab itu, dia akan berupaya semaksimal mungkin untuk memastikan setiap penderita bibir sumbing yang telah mendaftar bisa menjalani operasi pada gilirannya.
Rahmad juga bertekat akan terus mencari anak-anak penderita bibir sumbing lainnya agar dapat dioperasi secara gratis dengan biaya ditanggung Yayasan Smile Train Indonesia.
Bukan hanya tak bisa makan, minum, atau berbicara dengan leluasa, Rahmad mengaku pernah juga merasa sulit untuk bisa punya teman di masa kecil karena memiliki bibir sumbing.
Ketika duduk di bangku sekolah dasar (SD), banyak teman-temanya malah sering meledek.
Mereka kerap mengecilkan hatinya dengan meniru suaranya yang sengau karena pengaruh bibir sumbing.
Alhasil, Rahmad kecil menjadi pribadi yang tak terlalu suka bergaul dengan teman-temannya di sekolah.
Baca juga: Viral, Video Bayi Baru Lahir dengan Bibir Sumbing Dibuang di Masjid, Tergeletak di Atas Sajadah
Sayangnya, aksi perundungan tak jarang dia dapatkan pula dari anak-anak lain di sekitar rumahnya.
Karena hal itu, Rahmad menjadi lebih suka berada di dalam rumah untuk bermain sendiri, belajar, atau membantu orang tua.
Keadaan pun tak begitu berubah ketika dia mulai beranjak remaja.
Rahmad yang saat itu sudah semakin paham bahwa dirinya terlahir berbeda dari kebanyakan orang, jadi merasa semakin minder.
“Saat itu saya mulai berpikir, ibarat mobil, saya ini punya bumper yang hancur. Tak enak dipandang. Saya tak nyaman, tak pede (percaya diri),” ungkap dia.
Rahmad akhirnya lebih banyak juga mengisi waktu remajanya dengan mengasingkan diri.
Beruntungnya, dia punya sosok ibu yang selalu bisa menjadi tempat untuk menumpahkan keluh kesah dan kesedihan.
Rahmad bercerita, sang ibu selalu membesarkan hatinya dengan mengatakan bahwa kekurangan yang dimiliki adalah kelebihan dalam bentuk yang lain.
Dia pun mencoba untuk tidak pernah kecewa terhadap Tuhan.
Rahmad meyakini apa pun yang sudah diberikan Tuhan, itu adalah yang terbaik.
Pada 2004, sebelum bencana tsunami besar melanda Aceh, Rahmad pernah mendapat kesempatan untuk bisa menjalani operasi bibir sumbing.
Dia telah diupayakan oleh kedua orang tuanya untuk memperoleh penanganan medis perbaikan celah bibir dan langit-langit mulut.
Tapi, Rahmad menyebut, hasil operasinya itu ternyata tak sesuai dengan harapan, yakni tak terlalu bagus.
"Saya ingat, pada saat itu saya terus diajarkan untuk pandai bersyukur. Saya hanya kekurangan di bibir, sementara ada banyak orang lain mungkin tak bisa jalan karena mereka terlahir tanpa kaki,” ungkap dia.
Meski begitu, Rahmad mengaku tetap saja saat itu cukup sulit untuk bisa menghilangkan rasa kurang percaya diri hingga 100 persen karena punya bibir sumbing.
Rahmad remaja begitu berharap bisa memiliki bentuk bibir normal seperti kebanyakan teman-temannya.
Tapi, dia tak tahu harus berbuat apa untuk bisa mewujudkan keinginannya itu.
Rahmad saat itu tak berani juga memaksa kedua orang tuanya untuk membawanya kembali ke dokter agar bibirnya bisa dioperasi lagi.
Dia pun sempat pasrah dengan kondisi bibirnya yang belum bisa terlihat normal selayaknya orang lain.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.