Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Warga Meninggal Saat Banjir, Walhi Akan Somasi Pemkot Palembang

Kompas.com - 27/12/2021, 21:28 WIB
Aji YK Putra,
Priska Sari Pratiwi

Tim Redaksi

PALEMBANG, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan akan melayangkan somasi ke Pemerintah Kota Palembang terkait banjir yang terjadi pada Sabtu (25/12/2021).

Tak hanya merendam rumah dan jalan, banjir tersebut juga merenggut dua nyawa dua orang warga yakni Sulasih (47) yang merupakan driver ojek online dan Asili (50), dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang. 

Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Selatan Hairul Sobri mengatakan,  banjir itu merupakan bencana besar yang terjadi sejak 10 tahun terkahir.

Baca juga: Banjir Besar di Palembang, Dosen UIN dan Driver Ojek Online Meninggal

Hal tersebut disebabkan abainya pemerintah untuk mendukung daya tampung lingkungan hidup serta banyaknya alih fungai rawa yang telah terjadi.

"Pemerintah merupakan aktor utama dalam pelanggaran tata ruang yang menjadi penyebab banjir. Kami bersama organisasi dan lembaga lain seperti LBH Palembang berencana mensomasi pemerintah kota Palembang dan Pemprov Sumsel terkait banjir ini,” ujar Hairul, dalam keterangan tertulis, Senin (27/12/2021).

Hairul menegaskan, pemerintah semestinya membenahi tata ruang untuk mencegah bencana banjir. 

Dengan adanya gugatan tersebut, pemerintah daerah diharapkan dapat lebih baik membuat tata ruang agar menghindari terjadinya bencana terutama banjir. 

“Sangat banyak masyarakat yang merugi, harus digugat kepada pemerintah yang tidak melakukan rencana tata ruang yang baik,” ujarnya. 

Baca juga: BMKG: Hujan Ekstrem di Palembang adalah Curah Hujan Tertinggi dalam 31 Tahun Terakhir

Sementara itu, Direktur Perkumpulan Lingkar Hijau Anwar Sadat menambahkan, aktivitas pembangunan sejak 2014, terdapat sedikitnya 207 kasus kejahatan tata ruang terhadap Perda RTRW Palembang 2012-2032 berupa alih fungsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan rawa konservasi maupun rawa budidaya yang dijadikan perumahan, hotel, peternakan, showroom kendaraan, serta industri lainnya di 13 kecamatan. 

Luasan RTH dan rawa yang dialihfungsikan sejak delapan tahun terakhir tersebut seluas 404,19 hektar. 

“Banjir yang merupakan bencana ekologis tersebut sudah diprediksi sejak lama. Bahkan, pada hasil liputan Kompas yang pada 24 Agustus 2021 lalu yang menyebut Palembang menjadi satu dari tujuh kota di Indonesia yang memiliki kerentanan tinggi atas krisis iklim berupa naiknya permukaan air laut dan masuk ke daratan,” ungkapnya.

Kejahatan lingkungan tersbeut diduga melibatkan banyak pihak dan terorganisir yang disebut mafia perizinan.

Penegakan hukum pidana dan administratif harus secara tegas dilakukan terhadap kejahatan ini, transparan dan memiliki limit waktu. 

“Sehingga penilitian yang memprediksi Palembang akan tenggelam akibat krisis iklim ini bisa dicegah,” jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Listrik Sering Mati, Warga OKU Demo PLN Bawa Satu Truk Barang Elektronik Rusak

Listrik Sering Mati, Warga OKU Demo PLN Bawa Satu Truk Barang Elektronik Rusak

Regional
Kasus Pemalsuan Nilai di Untan, Oknum Dosen Usulkan Mahasiswa Tak Pernah Kuliah untuk Seminar Proposal

Kasus Pemalsuan Nilai di Untan, Oknum Dosen Usulkan Mahasiswa Tak Pernah Kuliah untuk Seminar Proposal

Regional
Diguyur Hujan Deras, Ratusan Rumah di Sikka Terendam Banjir

Diguyur Hujan Deras, Ratusan Rumah di Sikka Terendam Banjir

Regional
Penjelasan DPRD Kota Serang soal Anggaran Baju Dinas Rp 360 Juta

Penjelasan DPRD Kota Serang soal Anggaran Baju Dinas Rp 360 Juta

Regional
Kabupaten Natuna Berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan

Kabupaten Natuna Berstatus Siaga Darurat Bencana Kekeringan

Regional
Ayah dan Anak Nekat Curi Solar Milik PLN di Tapal Batas Sota Merauke

Ayah dan Anak Nekat Curi Solar Milik PLN di Tapal Batas Sota Merauke

Regional
Laporkan Pacar Anaknya atas Kasus Pencabulan, Ayah Korban Ternyata Ikut Memerkosa

Laporkan Pacar Anaknya atas Kasus Pencabulan, Ayah Korban Ternyata Ikut Memerkosa

Regional
Ditagih Belanjaan Sembako Rp 45 Juta, IRT Pelaku Penipuan Maki Korban

Ditagih Belanjaan Sembako Rp 45 Juta, IRT Pelaku Penipuan Maki Korban

Regional
Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang, Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan

Penutupan Bandara Sam Ratulangi Manado Diperpanjang, Abu Vulkanik Gunung Ruang Ganggu Penerbangan

Regional
Hujan Disertai Angin di Semarang, Puluhan Rumah Roboh dan Pohon Tumbang

Hujan Disertai Angin di Semarang, Puluhan Rumah Roboh dan Pohon Tumbang

Regional
Sambut HUT Ke-76 Provinsi Sumut, Pj Gubernur Hassanudin: Momen Ini Jadi Ajang Evaluasi dan Introspeksi

Sambut HUT Ke-76 Provinsi Sumut, Pj Gubernur Hassanudin: Momen Ini Jadi Ajang Evaluasi dan Introspeksi

Regional
Korban Banjir di Lebong Bengkulu Butuhkan Air Bersih dan Pangan

Korban Banjir di Lebong Bengkulu Butuhkan Air Bersih dan Pangan

Regional
Terjerat Kasus Fidusia, Seorang PNS di Salatiga Ditangkap Polisi

Terjerat Kasus Fidusia, Seorang PNS di Salatiga Ditangkap Polisi

Regional
Kakek yang Hilang di Pantai Rogan Flores Timur Ditemukan Meninggal Dunia

Kakek yang Hilang di Pantai Rogan Flores Timur Ditemukan Meninggal Dunia

Regional
Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Perampok Bersenjata Api yang Gasak Toko Emas di Blora Masih Buron

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com