Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantunan Zikir, Mengenang Mereka yang Pergi Saat Tsunami …

Kompas.com - 26/12/2021, 18:39 WIB
Masriadi ,
Khairina

Tim Redaksi

 

ACEH UTARA, KOMPAS.com- Ratusan orang memadati Masjid Kuala Mane, Kecamatan Muara Batu, Kabupaten Aceh Utara, Minggu (26/12/2021). Mereka mengenakan peci. Sebagian lagi mengenakan mukena serba putih.

 

Perlahan imam memimpin zikir, mengalun lirih. Desa ini rata dengan tanah 17 tahun lalu. Tepat di bibir pantai menghadap Selat Malaka. Ini salah satu desa terparah yang porak poranda karena ie beuna (bahasa Aceh yang berarti tsunami).

 

Mukim Mane, Kecamatan Krueng Mane, Aceh Utara, Muslem, menyebutkan peringatan 17 tahun tsunami itu bukan sebatas doa dan zikir bersama.

Baca juga: Aceh, 17 Tahun Pasca-bencana Tsunami yang Tak Terlupakan

 

Namun, mengingatkan masyarakat yang selamat dari tsunami akan sanak saudara yang sahid dalam musibah maha dahsyat sepanjang 50 tahun terakhir di Aceh.

 

Suara zikir semakin menggema. Menjelang siang, sesi acara dilanjutkan dengan tausiah oleh Tgk Junaidi. Memberi santunan anak yatim dan makan bersama.

 

Selama zikir, terlihat kaum ibu tak kuasa menahan tangis. Tetesan air mata mengalir deras di pipi. Mengenang mereka yang telah pergi untuk selamanya.

 

“Ini pelajaran bagi kita semua. Sehingga, kita terus belajar menjadi orang yang baik. Merawat alam, siaga akan bencana dan terus mengenang mereka yang telah pergi dengan mengirimkan doa,” kata Muslem.

Baca juga: Air Mata Ridwan Kamil di Sumur Doa Museum Tsunami Aceh

 

Hari itu, masyarakat pesisir itu pun berhenti melaut. Mereka menjadikan peringatan tsunami sakral. Menghentikan aktivitas. Demi memuliakan mereka yang sahid saat musibah itu datang.

 

Peringatan serupa digelar di pesisir Pantai Desa Pusong, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe.

 

Panglima Laot, Kota Lhokseumawe, Rusli, menyebutkan setiap 26 Desember mereka selalu berkumpul untuk berdoa dan mengenang tsunami.

 

“Bagi nelayan, berhenti melaut. Namun setelah doa bersama selesai boleh melaut lagi. Kita sepakat, bagi nelayan yang bandel dan tetap melaut sebelum doa bersama selesai digelar, maka dikenakan sanksi adat berupa izinnya kita cabut. Agar tak bisa melaut lagi selama sebulan,” pungkasnya.

 

Kini, Aceh berubah total. Dari daerah yang porak karena perang dan poranda karena tsunami menjadi salah satu daerah yang tertata rapi.

 

Bantuan ribuan donatur dalam dan luar negeri menyulap Aceh menjadi lebih baik. Menghapus puing menjadi bangunan tinggi. Lengkap dengan destinasi wisata Islami.

 

Hanya saja, setelah 17 tahun berlalu, Aceh belum berhasil keluar dari kemiskinan akut. Provinsi ujung Sumatera ini masih tercatat termiskin di Pulau Sumatera.

 

 

 

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com