Mereka juga menggunakan metode ventriloquist yaitu seni berbicara tanpa menggerakkan bibir dengan menggunakan bantuan boneka.
“Respons masyarakat sangat antusias. Orang dewasa laki-laki dan perempuan sampai orangtua lanjut usia pun ikut bermain, bergoyang dan bernyanyi bersama-sama karena kami semua trauma,” ungkapnya.
“Saya juga trauma, tapi saya berusaha menyembuhkan trauma yang saya alami dengan menguatkan orang lain lewat cara psikososial ini. Sebab dengan menguatkan orang lain, beta yang lemah pun akan jadi kuat,” tambahnya.
Eklin mengaku trauma healing yang dilakukan bagi anak-anak di pulau tersebut akan terus berlanjut untuk memulihkan kembali kondisi psikologi anak.
Baca juga: Potensi Gelombang Tinggi hingga 4 Meter di Perairan Maluku, Ini Imbauan BMKG
Saat ini pihaknya masih fokus melakukan trauma healing di satu desa karena kondisi cuaca yang sangat buruk.
Ia pun berharap ada dukungan dari pihak lain untuk memulihkan kembali anak-anak di pulau tersebut
“Saya kekurangan mainan bagi anak-anak. Seperti congklak, ular tangga, mobil-mobilan, boneka, dll. Supaya setelah selesai psikososial dengan dua tahapan. saya bisa kasih anak-anak kado yaitu mainan untuk anak-anak main di tenda guna hilangkan ketakutan dan stres,” ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.