Bahkan, bukti transaksi secara virtual atas order tersebut dikatakan Suyanto tidak dikantongi lagi, lantaran dirinya mengklaim telah berganti handphone beberapa kali.
"Kalau dulu ya ada. Tapi sekarang sudah tidak ada. Email yang kemarin lupa, handphone juga sudah ganti beberapa kali," ucap Suyanto.
Suyanto juga mengaku tidak tahu apakah dua pesawat yang dirakitnya untuk Ceko sudah dapat terbang.
Karena dirinya mengaku, sudah tidak pernah menjalin komunikasi dengan pemberi order kedua pesawat tersebut.
"Saya tidak tahu apa bisa terbang atau tidak, sebab sampai saat ini saya sudah tidak pernah dihubungi lagi," kata Suyanto.
Baca juga: TNI AU Tak Punya Rencana Resmikan Pesawat STOL Buatan Warga Lamongan
Sementara untuk pesawat STOL yang dibawa kembali pulang ke Lamongan, lanjut Suyanto, belum sekali pun dilakukan uji coba terbang.
Karena itu, saat dibawa dari Ciamis ke Lamongan, pesawat diangkut menggunakan truk dan baru kembali dirakit menjadi bentuk pesawat saat berada di halaman rumah orangtuanya di Desa Sumberagung.
"Untuk mendapatkan izin terbang (menerbangkan pesawat) itu kan butuh peresmian macam-macam dari pihak terkait, jadi selama ini belum pernah," tutur Suyanto
Suyanto pun berusaha menjalin komunikasi dengan pihak terkait untuk mendapat izin menerbangkan pesawat.
Dia berharap pesawat STOL tersebut dapat diuji coba terbang secara resmi oleh pihak terkait.
"Untuk biaya pesawat STOL ini kurang lebih sekitar Rp 600 juta, mahal karena ada beberapa bagian pesawat yang didatangkan dari luar negeri. Ada donatur, berkenan menanggung 20 persen biaya," kata Suyanto.
Baca juga: Cerita Pengusaha Lamongan, Mobilnya Dicoreti Kata-kata Hujatan, Korban Kenal dengan Pelakunya