KEDIRI, KOMPAS.com - Di sela-sela aktivitas hariannya, Heri Purnomo (49) senantiasa menyempatkan diri menambal jalan yang rusak karena lubang. Itu aktivitas sosial yang telah dijalaninya selama 21 tahun terakhir, secara swadaya.
Dukungan dari berbagai pihak semakin menambah semangat warga Dusun Gamol, Desa Langenharjo, Kecamatan Plemahan, Kabupaten Kediri, Jawa Timur itu.
Perhatian itu termasuk dari pembaca KOMPAS.com yang secara sukarela mendonasikan uangnya melalui situs Kitabisa.com.
Baca juga: Cerita Pacik Dillok, ODGJ di Nunukan yang Selalu Tambal Jalan Berlubang dan Gemar Menolong
Jumlah uang yang terkumpul dari situs amal tersebut sebesar Rp 661.000. Juga terdapat tambahan Rp 150.000 dari seorang dermawan. Sehingga jumlah totalnya Rp 811.000.
Heri Purnomo yang telah menerima bantuan tersebut, mengungkapkan rasa syukurnya. Dia juga mengapresiasi seluruh perhatian para pembaca tersebut.
"Saya ucapkan terimakasih untuk KOMPAS.com dan Kitabisa.com. Semoga ini menjadi amal Anda di Sana," ujar Heri saat ditemui di rumahnya, Jumat (17/12/2021).
Bantuan itu menurutnya sangat penting untuk kelancaran aktivitasnya menambal jalan. Sebab, aktivitasnya itu memang membutuhkan dana yang tidak sedikit.
Beberapa kebutuhan material yang harus dibeli itu misalnya adalah aspal curah, gas elpiji sebagai pemanas aspal, hingga bahan bakar penggerak motor roda tiganya.
"Itu lumayan untuk nambah modal beli aspal," suami dari Islami (38) ini menambahkan.
Baca juga: Cerita Sudardi, Ikhlas Belasan Tahun Tambal Jalan Berlubang di Desa dengan Sukarela (1)
Heri Purnomo adalah sosok individu yang secara swadaya berpatroli di jalan raya menggunakan motor roda tiganya demi menemukan jalan yang rusak, lalu menambalnya.
Pada motor roda tiganya itu telah tersedia lengkap aspal hingga peralatan penunjangnya. Mayoritas alat-alat tersebut adalah modifikasi yang disesuaikan kebutuhannya.
Aktivitasnya itu memang sudah dilakoninya sejak bertahun-tahun yang lalu. Hanya saja tidak setiap hari dilakukan karena dia juga mengurus usaha toko kelontong di rumahnya.
Awalnya dia menambal lubang dengan cara menutup dengan tanah juga semen. Namun cara tersebut kurang efektif karena gampang rusak sehingga akhirnya dia menggunakan aspal.
Namun rupanya harga aspal curah itu sendiri cukup mahal. Satu drum ukuran kecil saja bisa mencapai Rp 1,3 juta tergantung kelasnya.
Sehingga sering kali dia mengakalinya dengan mengais aspal sisa-sisa proyek pengaspalan jalan yang biasanya teronggok di pinggir jalan.
Baca juga: Secara Swadaya, Polisi Tambal Jalan Berlubang di Jalur Mudik