YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, menyimpan peradaban masa lalu yang cukup komplit dari jaman pra sejarah hingga masa kolonial tersimpan di alam yang masih asri.
Untuk peninggalan masa Hindu-Budha di Gunungkidul masih dapat ditemukan peninggalan berupa candi di berbagai pelosok.
Namun, bentuk candi hampir semuanya tidak utuh, karena berupa reruntuhan, dan salah satu yang masih cukup komplit yakni Candi Risan di Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semin.
Baca juga: Ada Borobudur Marathon 2021, Taman Wisata Candi Tetap Buka untuk Wisatawan
Candi Risan terletak di sekitar pemukiman warga, dan tidak berbentuk utuh seperti candi pada umumnya.
Namun, masih bisa dilihat tumpukan batuan dan juga anak tangga yang dulu diperkirakan bekas muka candi.
Dari papan informasi diketahui Candi Risan merupakan salah satu cagar budaya masa klasik yang berasal pada abad IX-X Masehi.
Candi Risan berada pada ketinggian 136 meter di atas permukaan air laut (mdpl), dengan luas area candi 2000 meter persegi.
Area candi berocorak Budha tersebut meliputi dua bangunan berbentuk persegi berderet dari utara ke selatan, dan komponen bangunan yang ada di sekitar bangunan candi.
Candi utara berukuran 13 meter x 13 meter dan mempunyai penampil pada bagian-bagian sudut, sedangkan candi selatan polos hanya berdenah persegi berukuran 11,5 meter x 11,5 meter.
Dikutip dari laman kebudayaan.kemdikbud.go.id Keberadaan Candi Risan telah terdaftar dalam catatan Belanda tahun 1915 dengan nomor inventaris 1269.
Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) —sekarang Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) — Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat candi ini pada saat melakukan kegiatan Inventarisasi Kepurbakalaan di Semin, Kabupaten Gunungkidul, pada tahun 1985.
Baca juga: Titik Nol Kota Yogyakarta Bakal Dipagari pada Malam Pergantian Tahun
Catatan tersebut kembali diperbarui pada saat kegiatan Her-Inventarisasi Benda Cagar Budaya di Kecamatan Semin, Kabupaten Gunungkidul tahun 2009.
Salah satu tokoh masyarakat sekitar Candi Risan, Joko Hariyono (62) mengatakan, dari cerita turun temurun warga sekitar, diketahui awalnya candi tersebut masih utuh.
Namun, pada medio 1940-an oleh warga sekitar dibongkar karena diperkirakan ada harta karunnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.