SLAWI, KOMPAS.com - Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah terus meningkat sejak 2019 hingga 2021.
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tegal mencatat, ada beberapa penyebab kematian. Salah satunya karena preeklampsia atau keracunan kehamilan.
Bupati Tegal Umi Azizah menyebut perlunya peningkatan pemahaman masyarakat tentang preeklampsia.
Baca juga: Wamenkes: Alat USG akan Didistribusikan ke Puskesmas di Indonesia untuk Cegah Kematian Ibu dan Janin
Sebab, preeklampsia berat menjadi penyebab terbanyak terjadinya kasus kematian ibu di 2020. Tercatat, dari 28 kasus kematian ibu melahirkan, 13 kasus atau 46 persen di antaranya terjadi karena keracunan kehamilan.
“AKI meningkat sejak pandemi Covid-19. Dari 12 kasus di 2019 menjadi 28 kasus pada 2020. Dan 46 persen di antaranya terjadi karena preeklampsia,” kata Umi dalam keterangan tertulis yang dirilis Humas Pemkab Tegal, Rabu (15/12/2021).
Sementara jumlah kematian hingga November 2021, tercatat ada 27 kasus, di mana 12 kasus atau 44,4 persen di antaranya terjadi akibat infeksi Covid-19.
Dikatakan Umi, meskipun penyebab preeklampsia atau orang sering menyebutnya dengan "keracunan kehamilan" ini belum diketahui pasti, namun keberadaannya bisa dideteksi dan dicegah sejak dini.
Yakni dengan mengenali ciri-cirinya seperti tekanan darah tinggi, bengkak di kaki, sakit kepala, penglihatan kabur, mual dan muntah, serta sulit bernapas.
“Sehingga kalau sudah tahu ciri-cirinya, pemahaman masyarakat tentang preeklamsia bisa ditingkatkan,” kata Umi.
Baca juga: Angka Kematian Ibu Naik, Indonesia Masih Perlu Tenaga Kesehatan yang Perkuat Lapangan
Menurutnya, deteksi faktor risiko preeklampsia sangat diperlukan pada ibu hamil atau pada orang yang merencanakan kehamilan.
Sehingga peran penyuluh kesehatan bisa dimaksimalkan dengan memberikan layanan konseling dan pemahaman kepada ibu hamil, pasangan, dan keluarganya agar menyadari bahaya preeklampsia setelah terlebih dahulu dikenalkan gejalanya.
Selanjutnya, kata Umi, yang tidak kalah pentingnya adalah menjalin keterbukaan hubungan komunikasi dengan dokter kandungan tentang masalah kesehatan yang dialami.
“Sehingga jika kemudian mendapati ada ibu hamil yang sudah mengalami preeklampsia, maka bisa segera mendapat penanganan,” ujarnya.
Ditambahkan Umi, selain meningkatkan cakupan imunisasi dan kunjungan antenatal care, diharapkan infrastruktur ultrasonografi (USG) tersedia di setiap puskesmas.
Menurut Umi, puskesmas harus terus didorong untuk meningkatkan upaya deteksi dini gangguan dan kelainan pada ibu hamil, salah satunya melalui layanan USG.
Baca juga: Gubernur Viktor Minta USAID Fokus Tangani Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di NTT
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.