Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai Klaim Ranjang Covid-19 (1)

Kompas.com - 13/12/2021, 14:36 WIB
Fitri Rachmawati,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Tentang pasien tanpa nomor

Sebulan berselang sebelum kasus pengambilan paksa jenazah MS, 6 Juni 2020 dini hari, warga Pondok Prasi Ampenan, mengambil paksa jenazah S (31) yang telah terbungkus plastik dan disimpan dalam peti.

Keluarga tak terima S dinyatakan meninggal karena Covid-19, karena hanya beberapa jam berada di ruang isolasi.

“Dia sama sekali tidak menunjukkan gejala covid-19, karena pingsan di rumah dan hanya tiga jam di rawat di ruang isolasi. (Lalu) meninggal dan dibilang covid,” kata H, mertua S kepada Kompas.com.

“Sampai hari ini, saya belum menerima hasil PCR nya apakah menantu saya positif Covid-19 atau negatif,” ungkapnya.

Tiga hari sebelumnya, kata H, menantunya hanya merasa tak enak badan, sakit di bagian pinggang, dan masih bisa ke rumah sakit sendiri.

“Dia bahkan jalan sendiri waktu periksa di Rumah Sakit Universitas Mataram (Unram),” tuturnya.

Baca juga: Sudah Digencarkan Sejak 2010, Pariwisata Halal di NTB Masih Digodok

Di RS Unram, dokter mendiagnosisnya mengalami gagal ginjal dan infeksi saluran kencing.

Pasien disarankan dibawa ke RSUD Kota Mataram untuk melakukan pemeriksaan lengkap, mengingat pasien harus menjalani cuci darah.

Namun, keluarga memilih S menjalani rawat jalan karena khawatir diisolasi akibat Covid-19.

“Tiba tiba menantu saya pingsan setelah dua hari dirawat di rumah. Kami bawa ke RSUD Kota Mataram 11 siang, dan akan menjalani cuci darah keesokan harinya.

Namun malamnya dibawa ke ruang isolasi dan 3 jam setelah itu meninggal,” tutur H.

Keluarga keberatan karena belum juga ada kepastian tentang status Covid-19-nya, jenazah sudah dibungkus plastik dan dimasukkan dalam peti.

Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 12 Desember 2021

Keluarga bersama puluhan warga Pondok Perasi mengambil paksa jenazah. H membawa peti jenazah menantunya mengunakan motor roda tiga.

“Di rumah kami buka peti. Wajahnya luka karena plastik dan ia masih mengenakan pampers yang dipakainya sebelum ke rumah sakit. Itu menyakiti hati kami sebagai keluarga. Kami buka semua, kami mandikan, dan semua keluarga mencium jenazahnya, lalu kami makamkan,” kata H.

H menyesalkan karena tidak ada tim atau perwakilan dokter yang menjelaskan kepada keluarga tentang status pasien, tidak ada surat keterangan, atau dokumen yang menjelaskan status almarhum.

Saat dilacak, pasien atasa nama S tidak masuk dalam daftar pasien meninggal covid-19.

Pelacakan dimulai dari nomer pasien 653 hingga 1255 pasien selama Juni 2020.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Gagal Curi Uang di Kotak Wakaf, Wanita di Jambi Bawa Kabur Karpet Masjid

Regional
Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Pantai Watu Karung di Pacitan: Daya Tarik, Aktivitas, dan Rute

Regional
Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Diejek Tak Cocok Kendarai Honda CRF, Pemuda di Lampung Tusuk Pelajar

Regional
Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Bantuan PIP di Kota Serang Jadi Bancakan, Buat Perbaiki Mobil hingga Bayar Utang

Regional
Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Ditanya soal Pilkada Kabupaten Semarang, Ngesti Irit Bicara

Regional
Ditinggal 'Njagong', Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Ditinggal "Njagong", Nenek Stroke di Grobogan Tewas Terbakar di Ranjang

Regional
Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Terungkap, Napi LP Tangerang Kontrol Jaringan Narkotika Internasional

Regional
Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Siswi SMA di Kupang Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Mengaku Khilaf, Pria di Kubu Raya Cabuli Anak Kandung Saat Tidur

Regional
Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Masyarakat Diminta Waspada, 5 Orang Meninggal akibat DBD di Banyumas

Regional
Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Tangerang-Yantai Sepakat Jadi Sister City, Pj Walkot Nurdin Teken LoI Persahabatan

Regional
Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Lebih Parah dari Jakarta, Pantura Jateng Alami Penurunan Muka Tanah hingga 20 Cm per Tahun

Regional
Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Kasus DBD di Demak Tinggi, Bupati Ingatkan Masyarakat Fogging Bukanlah Solusi Efektif

Regional
Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Stok Vaksin Hewan Penular Rabies di Sikka Semakin Tipis

Regional
BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

BBWS Pemali Juana Ungkap Solusi Banjir Pantura Jateng: Harus Keluarkan Sedimen dan Perkuat Tanggul

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com