PONTIANAK, KOMPAS.com – Pada 9 Januari 2021 lalu, Apple merayakan 14 tahun kiprahnya di industri smartphone. Kala itu, pendiri Apple, Steve Jobs pertama kali memperkenalkan iPhone generasi awal pada 9 Januari 2007.
Dalam beberapa hari terakhir ini, jasa sewa iPhone mendadak ramai dan menjadi perbincangan warganet di media sosial. Jasa penyewaan ini ternyata diminati sebagian orang, bahkan menjadi peluang bisnis baru.
Momentum ini dimanfaatkan salah satu konter penjual iPhone di Pontianak, Abang Apple. Melalui akun Intagramnya, @abangapple meawarkan jawa sewa telepon pintar tersebut.
Baca juga: Ramai Jasa Sewa Iphone, Begini Pandangan Sosiolog
Owner Abang Apple Pontianak Aprin beralasan, jasa sewa ini untuk merasakan pengalaman menggunakan iPhone bagi orang-orang mungkin belum mampu memilikinya.
“Saat menggunakan iPhone itu kita mendapatkan pengalaman atau experience yang berbeda saat menggunakan handphone lain,” kata Aprin saat dihubungi, Jumat (10/12/2021).
Selain itu, terang Aprin, ada gengsi tersendiri saat menggunakan handphone yang bisa dibilang merupakan "pionir" teknologi untuk ponsel pintar alias smartphone.
Aprin menyebut, untuk sewa per hari, dia mematok harga yang dimulai dari Rp 40.000 per hari untuk iPhone 6 dan Rp 400.000 untuk iPhone 11 Pro Max. “Sedangkan untuk tipe-tipe Iphone lain, harganya di kisaran Rp 40.000 sampai Rp 400.000,” ucap Aprin.
Berkiatan dengan persyaratannya, Aprin meminta konsumen hanya menyiapkan kartu identitas penduduk berupa KTP atau SIM serta mengisi formulir data diri dan tujuan sewa. “Jika lolos verifikasi, konsumen dapat langsung membawa iPhone yang diinginkan,” ungkap Aprin.
Sementara itu, jasa sewa handphone iPhone ditanggapi Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono.
Menurut Drajat, hal ini merupakan fenomena masyarakat konsumsi simbolik. Di dalam masyarakat konsumsi simbolik, yang dipentingkan bukan hanya nilai suatu barang, melainkan sebuah simbol pengakuan dari lingkungan.
“Kalau barangnya kan nilai guna, tapi kalau simbol itu nilai penghormatan atau pengakuan, status, identitas orang,” kata Drajat, saat dihubungi Kompas.com, Senin (6//12/2021).
Artinya, seseorang yang menggunakan produk-produk bermerek dengan harga mahal dan identik digunakan oleh orang kaya, hal itu membuat yang bersangkutan menilai dirinya sedemikian rupa. “Bukan barangnya bisa dipakai atau tidak, tapi orang menilai saya seperti itu,” lanjut Drajat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.