GARUT, KOMPAS.com - Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Garut menyebutkan dari 12 korban perkosaan guru pesantren di Cibiru, Bandung, Jawa Barat, 11 merupakan warga Garut.
Dari 11 korban warga Garut tersebut, sudah lahir delapan bayi dari tujuh korban. Salah satu korban bahkan punya dua anak dari perbuatan asusila guru pesantrennya, HW, keduanya perempuan.
"Dari 11 korban di kita (P2TP2A Garut), ada 8 orang anak, ada satu (korban) sampai (punya) dua anak, tadi kan di TV saya lihat (berita) dua sedang hamil, tidak, sekarang sudah melahirkan semua," jelas Ketua P2TP2A Garut Diah Kurniasari Gunawan, Kamis (9/12/2021) malam kepada wartawan di kantor P2TP2A Garut.
Menurut Diah, setelah menerima laporan kasus tersebut sekitar Bulan Mei 2021, pihaknya menerima korban dari Polda Jabar, setelah sebelumnya diambil dari pesantren tersebut, saat itu ada korban yang baru empat hari melahirkan dan dua lainnya dalam kondisi hamil yang saat ini keduanya telah melahirkan.
Baca juga: Guru Pesantren di Bandung Perkosa Belasan Santriwati, Dihukum Kebiri?
"Saat ini semuanya (bayinya) ada di ibunya mereka masing-masing," jelas Diah.
Diah menuturkan, para korban rata-rata telah menjadi santri di pesantren tersebut sejak tahun 2016 sampai kasusnya terungkap pada bulan Mei lalu.
Baca juga: Wagub Jabar Ungkap Sosok Guru yang Memerkosa Santriwati di Bandung
Kasus ini sendiri menurut Diah terungkap setelah salahsatu korban, pulang ke rumah saat akan merayakan hari raya Idul Fitri. Orangtua korban, rupanya melihat ada sesuatu yang berubah pada anaknya, hingga diketahui anaknya hamil.
Baca juga: Mirip Kasus di Bandung, Guru Pesantren di Tasikmalaya Cabuli 9 Santriwati, Baru 2 yang Berani Lapor
"Nah disitulah akhirnya dengan ditemani oleh Kepala Desa mereka melapor ke Polda Jabar. Nah, itu awalnya seperti itu," kata Diah.
Setelah melapor ke Polda, mereka pun laporan ke Bupati Garut dan melapor ke P2TP2A. Sejak saat itulah, P2TP2A melakukan pendampingan terhadap korban dan orangtuanya, hingga saat ini pendampingan masih terus dilakukan.
Baca juga: Kuasa Hukum Guru Pesantren Pemerkosa 12 Santriwati Buka Suara, Ini Katanya