KOMPAS.com - Irus masih menunggu kabar adiknya, Ali, yang hilang setelah erupsi Gunung Semeru, Sabtu (4/12/2021).
Beberapa jam sebelum awan panas guguran Gunung Semeru melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang, Irus masih bertemu dengan adiknya.
Ali yang berprofesi sebagai kuli pasir di area pertambangan sekitar Kampung Renteng, Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, sempat bertemu dengan Irus sebelum berangkat kerja.
Pada Sabtu sekitar pukul 08.00 WIB, Irus bertemu Ali di rumahnya yang berada di pinggir Jalan Raya Candipuro, Lumajang. Seperti biasa, Ali pamit bekerja.
Sebagai kuli, Ali memindahkan pasir dari bawah ke truk. Lokasi tambang pasir itu sekitar satu kilometer dari rumah Irus.
"Tapi ada yang tidak biasa pagi itu. Saat saya ajak bicara, dia seperti ndak nyambung, lalu diam dan tiba-tiba pergi sambil menyalakan motor ke tempat kerja," ujar Irus seperti dikutip dari Antara, Kamis (9/11/2021).
Sesaat, Irus berhenti bercerita. Ia menghela napas, lalu memejamkan mata sebentar. Irus mengingat pertemuan terakhirnya dengan sang adik.
"Saya teringat saat dia berdiri di halaman, di dekat pintu, persis sebelum berangkat. Tanpa ngomong apa-apa, dia langsung pergi. Waktu kejadian, seharusnya mau pulang karena sudah sore," kenangnya.
Tingkah laku Ali pagi itu membuat Irus heran. Adiknya itu tak mau disuguhi kopi sebelum berangkat kerja. Irus juga masih ingat ucapan Ali saat dilarang pergi bekerja ke tambang pasir pagi itu.
"Kalau saya tidak bekerja, besok yang digunakan untuk masak nasi apa?" kata Irus menirukan ucapan Ali.
Baca juga: Gunung Semeru Masih Alami Gempa Guguran, Warga Diminta Waspada
Setelah Ali pergi, Irus tak memiliki firasat apa-apa. Ia menjalani aktivitas seperti biasa sampai mendapatkan kabar aktivitas Gunung Semeru meningkat.
Suasana yang tenang mendadak kacau. Teriakan meminta warga segera meninggalkan rumah terdengar.
Warga mencoba menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Irus ikut kabur bersama warga, ia tak berpikir apa-apa waktu itu.
Setelah itu, Irus mendengar kabar awan panas guguran menerjang Kampung Renteng.
"Sampai ada kabar adik saya masih di sana dan sampai besoknya belum ditemukan. Sampai sekarang juga tidak ada kabar sama sekali," tuturnya.
Ratusan warga terpaksa mengungsi ke berbagai tempat aman untuk menghindari awan panas dari gunung api tertinggi di Pulau Jawa itu.
Ali meninggalkan seorang istri bernama Sula dan tiga anak. Pascaerupsi, mereka yang selama ini tinggal di Desa Penanggal harus mengungsi.
"Dia (Sula-red) masih tak berdaya karena sering menangis, lalu pingsan mengingat suaminya. Kami berharap dia ditemukan," katanya.
Tak hanya kehilangan adik kandung, Irus juga kehilangan keponakan beserta istri yang turut menjadi korban erupsi Semeru. Mereka adalah Mulyanto dan Rani, warga Sumberwuluh yang bekerja di satu perusahaan pertambangan di Kampung Renteng.
Mereka diduga menjadi korban terdampak karena belum ada kabar mengenai keberadaan keduanya.