Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berburu Koin Sultan di Tapanuli Tengah, Berasal dari Abad Ke-6 Dinasti Umayyah dan Abbasiyah

Kompas.com - 08/12/2021, 06:46 WIB
Rachmawati

Editor

Hasil temuan warga kebanyakan tak bernilai ekonomis, tetap Hasmiran tetap menyisihkannya dekat wilayah penggalian agar bisa dimanfaatkan untuk disimpan atau penelitian.

Tali ijuk seperti pada foto di atas, biasanya dipakai untuk mengikat batang-batang struktur rumah, rumah atau bisa juga dermaga.

Baca juga: Puluhan Naskah Lontar Kuno Dipamerkan di Museum NTB

Dua tahun setelah itu, barulah para ahli berdatangan ke situs. Dari situ diketahui, koin-koin beraksara arab itu lebih dari sekadar barang kuno biasa.

Saat itu teridentifikasi koin-koin tersebut berasal dari abad ketujuh hingga kedelapan masehi, di abad pertama kekhalifahan Islam.

Tapi sebenarnya di Situs Bongal yang terletak di Desa Jago-jago itu lebih dari sekadar emas dan koin-koin.

Di sini juga ditemukan manik-manik, keramik dari China dan Persia, guci, bagian kapal, gelas-gelas alembic (ini bisa dijadikan indikasi ada aktivitas penyulingan minyak), kayu perkakas, dan hiasan logam yang berasal dari abad ketujuh Masehi.

Baca juga: Cerita Anak Muda Banyuwangi Sulap Rumah Kuno Jadi Spot Foto dan Tempat Wisata

Tak jauh dari situs juga terdapat sisa-sisa dari arca Ganesha yang diperkirakan berasal dari abad kesembilan Masehi. Jika begitu, boleh jadi Desa Sijago-jago ini termasuk salah satu kota kosmopolitan tertua di nusantara.

Situs Bongal terletak tak jauh dari Kota Sibolga. Ia berada di antara perkebunan karet, kelapa sawit, dan nipah milik warga.

Situs ini diapit Bukit Bongal, muara, dan lautan. Tanahnya agaknya cukup labil. Kadang-kadang lubang yang telah digali warga tertutup sendiri akibat butiran pasir dan tanah dari erosi sekitar, kata Hasmiran.

Baca juga: Museum Sangiran, Melihat Jejak Peninggalan Peradaban Purba

Untuk mencapai Situs Bongal, kita harus menyusuri muara sungai yang masih dihuni buaya dan rawa-rawa nipah. Situs terletak di area perkebunan sawit milik perseorangan.BBC Indonesia Untuk mencapai Situs Bongal, kita harus menyusuri muara sungai yang masih dihuni buaya dan rawa-rawa nipah. Situs terletak di area perkebunan sawit milik perseorangan.
Tak ada aturan resmi yang melarang penambangan dan pencarian harta karun. Tapi warga luar desa sekarang sudah dilarang sama sekali untuk datang. Hanya warga sekitar sajalah yang masih bisa bolak-balik masuk ke situs.

Oleh mereka, artefak yang bernilai ekonomis diambil. Di luar itu, yang sekiranya penting, misalkan keramik, pecahan kaca, potongan kayu, tali ijuk, juga tetap disisihkan dan dikumpulkan.

Sebagian di antaranya masuk ke dalam yang disebut warga sebagai galeri. Tempat menyimpan aneka temuan, termasuk kemudi kapal sepanjang empat meter.

Baca juga: 5 Lokasi Penemuan Fosil Purba di Pulau Jawa, di Waduk Saguling hingga Ladang Jagung di Sragen

Untuk mencapai Situs Bongal, kita harus menyusuri muara sungai yang masih dihuni buaya dan rawa-rawa nipah. Situs terletak di area perkebunan sawit milik perseorangan.

Setelah penemuan berbagai artefak oleh tim arkeolog yang temuannya dipaparkan pada Januari 2021 lalu, wacana untuk menetapkan Situs Bongal sebagai cagar budaya mengemuka.

Tapi hingga kini itu belum terwujud. Warga pun lantas berinisiatif untuk melakukan pelestarian mandiri.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com