Namun saat berada di puncak, Gunung Semeru berbentuk starato (kerucut terpancung) yang luas dengan medan beralur di setiap tebingnya.
Puncak Gunung Semeru memiliki dua kawah yaknu kawah Mahameru yang sudah tidak lagi aktif dan kawah Jonggring Seloko yang masih aktif.
Dari catatan yang ada, Gunung Semeru meletus pertama kali pada 8 November 1818. Letusan besar berikutnya pada 29-30 Agustus 1909 yang dikenal dengan bencana Lumajang.
Baca juga: Prasasti Soe Hok Gie–Idhan Lubis Dipasang di Puncak Mahameru
Pada tahun 1981, juga terjadi letusan besar yang menewaskan ratusan penduduk di sekitarnya.
Hingga pada tahun 1990, terjadi guguran kubah lava yang menghasilkan awan panas dan kawah Jonggring Seloka terbuka hingga saat ini.
Cut Dwi menyebut ada dua macam bahaya jika Semeru meletus. Bahaya primer adalah batu, kerikil, pasir, dan debu panas yang dimuntahkan saat letusan. Bahkan, panasnya bisa mencapai di atas 600 derajat celsius.
Sementara bahaya sekunder adalah lahar dingin atau material piroklastik yaitu material vulkanis seperti pasir, kerikil, dan batu yang telah dingin.
Bila timbunan material ini terbawa arus air, bisa menerjang apa saja dan menimbulkan bencana.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.